Kamis, 11 Agustus 2011

Maaf Aku Mencintaimu Part 10

Mita menunggu Wahyu di cafe favorit mereka dulu. Mita tampak bahagia, setengah jam kemudian Wahyu datang.

"Maaf Mit, telat, biasa jakarta jam segini, macet." jelas Wahyu.

"Iya, engga apa-apa, aku juga baru dateng ko." dusta Mita, padahal ia sudah hampir 2 jam menunggu.

Wahyu tersenyum dan duduk di sebelah Mita.

"jadi, apa penjelasan kamu, dan kenapa kamu nyuruh Tata buat ngerahasiain semua ini." ucap Mita tanpa basa-basi.

Wahyu tersenyum lagi,lalu ia menghela nafas. " Kamu tidak pernah berubah yah." ucap Wahyu.

"hah? Apa nya? " tanya Mita kebingungan.
"tidak sabaran." jawab Wahyu.

Wahyu terdiam sesaat. " Gue ngelakuin ini semua ada alasan nya,dan tentang Tata, gue juga yang ngelarang dia kasih tau loe."

"tapi apa bener, selama ini loe ngawasin gue, lewat Rio dan Tata." ucap Mita, pandangan nya lurus ke depan ia tak berani menatap Wahyu.

"Rio?, Ok kalau Tata, ia gue selalu tanya tentang keadaan loe lewat dia, tapi Rio?" Wahyu nampak kebingungan.

"jadi Rio? Aah, jadi selama ini dia.__" Mita tak melanjut kan kata-kata nya, pikiran nya kini menerawang jauh. _Rio loe bukan aja sosok sahabat yang baik buat gue, tapi juga buat Wahyu_ Mita membatin.

"hey, ko bengong." kata Wahyu sembari mengguncang tubuh Mita.

"eh, maaf, sudah lah aku mengerti,toh semua nya sudah kadung terjadi." ujar Mita.

Wahyu tersenyum, "Mit, kamu yakin dengan keputusan itu.?" tanya Wahyu pelan.

"keputusan apa?" Mita bertanya balik.

"Menikah dengan Vino." Wahyu berucap dengan suara yg berat.

Mita terdiam, ia bingung, pertanyaan itu sungguh sangat sulit untuk nya.
Mita menghela nafas dalam-dalam..

"Ya, aku yakin ini yang terbaik." ucap Mita sangat pelan.

Kini Wahyu yang terdiam, mencoba mencerna ucapan Mita barusan 'terbaik' apa maksud nya, apa tidak ada pilihan untuk nya.. Pikiran itu mulai berkecamuk, Wahyu tampak gugup, ia tidak tau harus bagaimana, tapi apa dia akan menyerah. Tidak, Wahyu harus mengungkapkan apa yang ada di hati nya, harus!!!

"Mit, apa masih ada kesempatan untuk aku memiliki kamu?" tanya Wahyu, perlahan tangan nya menggenggam tangan Mita yang terasa dingin.

Mita tercekat, ia menelan ludah nya, mata nya tampak sayu, bulir bening terlihat di pelupuk mata nya, bersiap meluncur bebas di pipi nya yang putih mulus itu.
Bibir nya bergetar, seolah lidah nya kelu tak bisa berucap.

"Mit,Mita Mita, kamu kenapa Mit, ko diem." ujar Wahyu mengguncang pelan tubuh Mita. Dingin tubuh nya sangat dingin, tangan nya bergetar wajah nya pucat.

'kenapa ini, ada apa, kenapa jadi begini Ya Tuhan.' pekik Wahyu dalam hati.

"maaf" kata itu ya kata itu berhasil di ucap kan Mita, setelah hampir 30 menit duduk mematung. Kini ia tak bisa membendung air mata nya lagi, Mita benar-benar mengelami masa yang sulit, di mana ia harus memilih antara cinta dan janji yang ia ucapkan, ya cinta kepada Wahyu dan janji kepada Vino, janji tak akan meninggal kan nya.

"aku tau ini sulit, tapi semua nya sudah terlambat untuk kita, aku akan segera menikah, maaf kan aku." Ujar Mita dengan terbata,,

Wahyu diam tak bergeming, bingung apa yang harus di lakukan.

"apakah benar, sudah tak ada lagi ruang di hati kamu untuk aku?" tanya Wahyu.

"masih, dan selama nya kamu akan tetap ada di hati aku, kamu sahabat aku." jawab Mita, ia mencoba menahan tangis nya.

"lebih dari sekedar sahabat Mita, apa tidak bisa kah kamu mengerti perasaan aku." tukas Wahyu.

"lebih? Setelah semua ini terjadi, aku tidak mengerti dan memang tidak mau mengerti perasaan mu, aku lelah, apa pernah kamu berfikir tentang perasaan aku." Mita mulai sesenggukan.

"aku tau kamu cinta sama aku, tapi kenapa kamu tak mengakui nya." desak Wahyu.

"itu sudah tak penting lagi, bila kamu mengetahui nya, kenapa kamu tak bersama aku, kenapa kamu ninggalin aku, aku sakit rasa nya sakit di sini." Mita menunjuk dada nya seolah ingin menunjukan kepada Wahyu, betapa sakit nya ia saat di tinggal Wahyu.

Mita menatap tajam ke arah Wahyu. " aku mohon lupakan perasan cinta itu, selama nya kita hanya akan menjadi sahabat, cinta mungkin terlambat untuk bisa kita nikmati bersama." tegas Mita.

Sejurus kemudian Mita telah lenyap dari pandangan Wahyu, ia berlari meninggal kan Wahyu.

Sakit hati Wahyu melihat nya, Kini Wahyu masih terdiam menatap kepergian Mita, mencoba mencari bayangan nya. Nihil.

####

Di dalam mobil Wahyu termenung mencoba mencerna ucapan Mita, ia mencoba menerima keputusan nya.

Sayup sayup terdengar suara musik, seorang pengamen di perempatan jalan sedang bernyanyi. Wahyu tertegun. Ia mendengarkan nya.

***
Seandainya ku katakan yang sesungguhnya
Tentang perasaanku padamu selama ini
Seandainya ku bisa memutar kembali waktu
Yang telah pergi dariku
Saat kau ada di sini denganku
Sebenarnya hatiku selalu
Mencintaimu
Hanya saja ku tak pernah mengatakan kepada mu
Dalam nya cintaku menggenggam tulus hati mu
Namun kini kau katakan cinta sudah terlambat
Seharusnya ku tak biarkan kau menangis
Karena cinta dariku
Yang tersimpan terlalu lama
Dan seharus nya ku pahami isi hati mu
Yang tulus menyayangi diriku
Sebelum cerah menjadi hitam
Cinta sudah terlambat

Namun kini kau katakan cinta sudah terlambat.

***

Cinta sudah terlambat Dikta


Wahyu tersenyum kecut, yah memang semua nya sudah terlambat, Ia kemudian melajukan mobil nya menuju rumah Tata.
***

Sementara di rumah Rio.

Rio, Icez dan Puri sedang sibuk di depan laptop nya, mencoba mencari tau tentang keluarga pak Andra.

"Astaga." pekik Icez.

"kenapa Cez." ucap Rio dan Puri bersamaan.

"ini" Icez menunjuk laptop nya. Seperti nya Icez telah berhasil menemukan jawaban nya.

Rio dan Puri segera melihat nya dan betapa terkejut nya mereka melihat dan membaca artikel itu.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan." Puri tampak kebingungan.

Rio terdiam, ia tak menyangka jawaban dari pertanyaan atas apa yang ia lihat di ruang kerja pak andra.

Foto itu ya foto itu yang membuat Rio penasaran dan kini Ia tertegun.

"kita tunggu besok, kita juga harus menguatkan bukti dari polisi setempat. Dan semua berkas nya kan." ujar Icez.

Puri mengangguk setuju.

"ok, sebaik nya kita istirahat, besok kita beri tau Wahyu dan Tata." saran Rio.

Puri dan Icez mengangguk setuju.

***
Tata tampak khawatir melihat Wahyu duduk termenung di teras rumah nya.

Dia juga tak menyangka semua ini, tapi ia mencoba mengerti tentang keputusan yang di ambil Mita.

"Yu, masuk udah malem." tegur Tata.

Wahyu tak bergeming sedikit pun. Mata nya menerawang jauh ke langit, langit yang cerah, sungguh bertolak belakang dengan suasana hati nya saat ini.

Tata menghela nafas, lalu pergi meninggal kan Wahyu, membiarkan Sodara kembar nya itu.termenung di tengah dingin nya malam.


###

Mita yang baru saja sampai di rumah tidak sengaja menabrak Ikmal yang sedang memanasi motor nya, seperti nya Ikmal akan pergi keluar. Maklum saja ini sabtu malam.

"aduh, maaf mas." ucap Mita sembari menunduk menyembunyikan mata nya yang sembab.

"Mita. Loe kenapa?" seperti nya Ikmal menyadari ke anehan pada Mita.
Ada yang tidak beres batin nya.

Ikmal lalu menarik tangan Mita, dan menaikan nya ke motor dan melaju kan motor nya dengan kecepatan maksimal.

Entah mengapa Mita menurut saja.

Setelah sampai di sebuah tempat karauke, Ikmal menarik Mita ke dalam.

"Sekarang cerita" ucap Ikmal setelah mereka sampai di ruangan karaoke yang Ikmal sewa.

Mita masih terdiam. Ia justru menangis. Ikmal yang bingung pun duduk di sebelah Mita, tangan nya meraih kepala Mita, dan di letakan di bahu nya.

"Maaf" ujarnya lirih.

Setelah 20 menit Mita menangis, Ia pun berhenti, ia mencoba mengatur nafasnya mencoba memulai pembicaraan.

"kenapa aku di bawa kesini." ujar Mita.

Ikmal melongo kebingungan. Ternyata Mita baru menyadari nya, parah, Ikmal membatin.

Ikmal pun teringat tentang Buku itu. Ia pun menanyakan nya, Mita sontak terkejut.

Tapi Mita berhasil menguasai diri nya. Ia pun menceritakan tentang Wahyu pada Ikmal, Mita nampak heran kenapa dia begitu percaya bercerita masalah ini pada Ikmal.

Ikmal mengangguk paham, walau hati nya terasa sakit.

"sekarang gue mau tanya ke loe, seandai nya, loe cinta ke mas Vino, tapi loe di suruh nikah sama gue. Apa loe tetep akan milih gue atau mengejar cinta loe." ujar Ikmal.

Mita mencoba mengerti apa yang di maksud Ikmal. "tapi masalahku tak se mudah itu" ujar Mita.

"gue tau, loe wanita hebat, gue yakin loe bisa mengambil keputusan yang terbaik buat hidup loe." Ikmal mengacak lembut rambut Mita.

"Kita pulang yah" Tanpa menunggu jawaban Mita, Ikmal menarik kembali tangan Mita dan membawa nya pulang.

Mita melingkarkan tangan nya di pinggang Ikmal, ia pun menyandarkan kepalanya di punggung Ikmal.
Ikmal tersenyum, sesekali Ikmal mengusap lembut jari Mita yang melingkar indah di perut nya. Ikmal menlajukan motor nya dengan kecepatan pelan, membiarkan angin malam menerpa tubuhnya. Seolah tak ingin mengakhiri malam indah ini.

****

Mita masuk terlebih dulu ke rumah, sedangkan Ikmal memasukan motor nya ke garasi, mungkin tak jadi pergi.

"Mita, udah pulang, sini duduk dulu." ajak Bu Ina.

Mita pun beranjak ke ruang keluarga,

"ada apa bu?" tanya Mita.

"sini deh, menurut kamu undangan nya bagusan mana" Bu Ina menyodorkan 4 lembar undangan pernikahan beda model.

Mita duduk di sebelah Vino, pandangan nya tertuju pada undangan Berwarna merah hitam berbentuk gulungan khas surat-surat raja jaman dulu.

"Yang ini bagus, unik." ucap Mita dan juga Ikmal yang baru saja muncul.

"bisa kompak yah kalian." sindir Vino.

Ikmal tersenyum salah tinggah, lalu berpamitan ke kamar.

Mita melihat sebuah album foto yang tertumpuk di bagian atas lemari ruangan itu.

"itu, album foto masa di taro di situ, bahaya kalau goyang lemari nya bisa jatuh loh." ujar Mita.

"bener juga" kata Vino lalu beranjak mengambil album itu.

"Wah, foto papah waktu kecil yah." ujar Wahyu semangat.

Bu Ina pun juga semangat, pak Andra tersenyum malu-malu, saat Anak dan Istri nya mulai membuka album itu, Mita pun penasaran. Ia juga ikut melihat.

Sampai di sebuah foto saat pak Andra masih remaja, Mita pun terbelalak melihat siapa orang yang berada di samping pak Andra.

Mita menurun kan Dini, yang tadi di gendong nya, menyerahkan nya pada Vino.

Di ambil nya album itu, dan di lihat nya dalam dalam orang yang ada di foto itu.

"Ini foto siapa?" tanya Mita.

Pak Andra menoleh dan melihat siapa yang di tunjuk oleh Mita.

"oh, itu adik saya, sudah lama meninggal." ujar Pak Andra kaku.

Muka Mita tampak pucat, adi? Sudah meninggal? Tidak mungkin! Tuhan salah apa hamba mu ini kenapa nasib buruk selalu mengikuti aku, pertanda apalagi ini,, jerit batin Mita.

"Mit, kamu kenapa? Ko pucet" tanya Vino tampak khawatir. Ia membelai lembut pipi Mita.

"Maaf" ujar Mita lirih.

"tak apa, itu sudah lama berlalu" ujar pak Andra.

Mita berpamitan ke kamar, perasaan nya benar-benar kacau, setelah menidurkan Dini, Mita pun keluar kamar.

Ikmal melihat Mita dari kejauhan. Nampak Mita sangat kebingungan di taman belakang seperti ada yang di pikirkan nya.

#bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

coment-coment Vty, Mrz, Dlz