Senin, 19 Desember 2011

I Hate Leukimia

By:  Nurul Rizky Pramita
Dulu, dia masih disini. Menemaniku kala aku sedih maupun senang. Sekarang, dia telah pergi. Membuatku merasakan sebuah sakit yang luar biasa. Sahabatku, dia pergi! untuk jangka waktu yang cukup lama. Tidak, aku tidak pantas mengucapkan kalimat jika dia hanya pergi untuk jangka waktu yang cukup. Namun, Jangka waktu untuk selama-lamanya. Yah, Aku benci Leukimia! Dia buat sahabatku menderita sakit yang tak kuasa, Dia buat sahabatku kehilangan rambut indahnya itu, Dia buat sahabatku hancur dengan jari-jarinya yang rapuh, dan Dia buat sahabatku pergi untuk selamanya. Aku benci penyakit dari neraka itu!
Semua karena penyakit mematikan itu. Sahabatku pergi, Sahabatku pergi, dan sahabatku pergi. Argh!!! Aku benci dan selamanya akan membenci LEUKIMIA! Aku merasa jijik mengucapkan kata itu, penyakit yang membuatku kehilangan semangat hidupku! Aku butuh sahabatku disini, menemani hari-hariku yang selalu sepi. Sekarang, dia sudah tidak ada. Aku benci! Aku benci! Aku benci!
Kejadian itu berlangsung beberapa bulan yang lalu. Saat kabar itu menghujamnya dan tepat hari ulang tahunnya. Dia tersenyum, tak ada raut muka yang membuatnya sakit hati. Ahhh!!! Dia wanita yang terlalu tegar dan membuatku menjadi tidak percaya. Namun, kejadian seminggu yang lalu. Bertepatan dengan hari yang begitu bahagia. Namun, dia pergi. pergi untuk selamanya!
Ingin kuceritakan, semua awal cerita duka ini. Namun, tidak sekarang. Ya, bukan saat ini. Aku ingin kalian menikmati dulu semua hal yang kulakukan bersamanya. Begitu indah dan takkan pernah tergantikan dihatiku. Aku ingin selalu bersamanya. Walau hanya dalam mimpi. Tapi, aku ingin. Dia ada dihatiku, menetap selamanya.

^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^
 
Hari ini, Dara mengajakku jalan-jalan ke Ancol. Yah, katanya dia sedang ingin melihat badut Ancol. Menurutku, itu alasan yang aneh! Namun, dia begitu bersemangat ketika perjalanan menuju Ancol. Bahkan, dia menyanyi-nyanyi riang.
“ Pada hari minggu kuturut Mita ke Ancol. Naik Mobil Istimewa ku duduk dimuka. Kududuk samping Mita yang sedang menyetir. Mengendara mobil supaya baik jalannya, hei!!!...”
Aku hanya geleng-geleng kepala melihat sahabatku yang satu ini. Ya, dia adalah sahabatku dan perempuan.
Namanya Dara Rizki Ruhiana, panggil saja Gadis Cantik berumur 17th itu Dara. Memang sih aku sebenarnya tidak harus memanggilnya gadis Cantik. Karena, bulan depan dia akan menginjak umur 18th. Aku tidak sabar menunggu ulang tahunnya dan menyanyikan lagu yang kuciptakan sendiri, “Rindukan Dirimu”
Kalau namaku, Cameria Happy Pramita. Akrabnya sih dipanggil Mita  saja. Aku Lebih tua Dari Dara jadi wajar saja kalau Dara memanggilku dengan sebutan ‘Kaka’
 Akhirnya, Kami berdua sudah tiba di ancol. Memang memakan waktu yang cukup lama karena kalian pasti tahu Jakarta. Macet yang benar-benar ampun, deh!
“ Wah, Ancol!” Dara dengan semangatnya keluar dari mobil. Senyum manis menghiasi wajahnya yang cantik itu.
“ Santai aja kali, Dar” kataku sambil turun dari mobil dan menekan tombol di kunci mobilku hingga mobilku berbunyi kecil yang artinya sudah terkunci.
“ Yeee…” Dara hanya menjulurkan lidahnya.
“ Sekarang, kita kemana, nih?” tanyaku menghampirinya. Dara meletakkan jari telunjuknya didagu kemudian tersenyum, “ Aku tahu!” serunya mengagetkanku yang saat itu sedang melamun.
“ Eh! Anak Musang Nyari Tanduknya, Aku Sayang Sama Ikmal!” ceplosku. Yah, Aku ini latah pantun, loh. Kalau latahku keluar pasti aja kalimat akhirnya Aku Sayang Sama Ikmal, Ikmal itu sahabat Dara. Tapi, Dara lebih sayang sama aku sebagai ‘SAHABAT’
“ Wkwkwkw…” Dara hanya cekikikan saja. sementara bibirku sedang melakukan reaksi memajukan bibir dengan mencibir.
“ Kamu jahat, ah” kataku manja.
“ Udah, ah! Kita lihat badut langsung, yuk!” kata Dara seperti menahan tawa. Aku hanya menurut saja ketika Dara menarik tanganku menjauhi tempat tersebut. Badut? Aku tidak mengerti!
 
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
 
Aku tersenyum. Aku senang melihat Dara bahagia. Tapi… ugh! Aku jangan dulu mengenang kejadian itu! Aku masih ingin menikmati cerita bahagia ini. Badut itu kembali membuatku tertawa. Walau aku hanya mengingatnya. Aku masih bisa merasakan semuanya. Tawa Dara dengan penonton lainnya masih menggema dikedua telingaku. Dan tawa Dara benar-benar jelas. Bahkan, Aku mengenang sewaktu Dara terbahak-bahak melihat Badut tersebut tergelincir sebuah pisang. Hmmmhh… Aku merindukan tawa itu. tawa yang selalu ada disampingku. Ahh… kenapa Leukimia pembawa kiamat itu harus terjadi kepada gadisku? Gadis kebanggaanku!

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
 
“ Ikmal!Ikmal!Ikmal”
“ Go Dara!  Go Dara Go! Go Dara! Go Dara Go!!!!”
Aku bingung. Aku harus pilih siapa, siapa yang harus aku lerai dan aku tenangkan. Dara atau Ikmal? jika kau bertanya kepadaku kenapa nama Ikmal dan Dara dielu-elukan. Karena, mereka sedang bertengkar. Ikmal, cowok yang kusukai atau Dara, sahabat sejatiku. Aku bingung. Dan akhirnya aku memisahkan mereka sambil memeluk Ikmal
“ Udah, Ikmal! Udah!” Aku menenangkan Ikmal. Aku melirik Dara sebentar, dia ditenangkan oleh Rio dan Icez. Sorot matanya tajam kepadaku dan kemudian dia melepaskan pegangan Rio dan Icez, berlari entah kemana. Ingin sekali aku mengejarnya. Tapi, aku harus ingat ada Ikmal disini. Ahhh… aku harus biarkan Ikmal tenang. Karena, sekali-kali aku harus memperhatikan Dara.
Akhirnya, Dara sudah tenang kembali dan aku pun bergegas meninggalkan kelasku. Namun, sepertinya ada rasa yang menjanggal dihatiku. Aku tidak merasa nyaman dengan Dara. Namun, aku merasa sakit. Ah, entahlah!
“ Mita, lu kok tadi gak nolong Dara, sih?” tanya Icez bingung.
“ Mit, luu tadi kok nyuekin Dara?” ucap Lexa.
“Mit, Dara tadi wajahnya pucat, lo!” kata Beby.
“ Mita, Kenapa lu tadi milih Ikmal daripada Dara?” ungkap Rio
“ Iya, MIt. Padahal kan lu nggak tahu siapa yang salah” sambung Icez
Semua orang berkomentar ketika aku memasuki kelas. Pikiranku berkecamuk, memangnya salah jika aku memilih orang yang kucintai daripada sahabat? Aku heran dengan sikap mereka semua.
“ Memangnya kenapa, Cez? Suka-suka gua mau nolong siapa. Terus gua memangnya harus berada didekat sahabat gua terus gitu, Lex? gua itu suka sama Ikmal, Beby! Dan gua ga mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan gua sekarang udah tidak peduli terhadap Dara karena dia sudah menyakiti orang yang gua suka” jawabku dengan tatapan marah kepada mereka semua.
“ Eh, Mita! gua kira lu itu orangnya baik! Tapi, ternyata lu jahat! lu tidak tahu apa arti persahabatan!” bentak Lexa dan segera berlari meninggalkanku.
“ Iyalah, MIt! Seorang sahabat harus, gitu!” kata Rio
“ Cinta? lu udah dibutakan sama Cinta!” kesal Icez dan mengejar Lexa. Ahh!!! Aku benci kepada mereka.
“ Kamu harus tahu apa alasan mereka bertengkar supaya kamu tahu siapa yang sebenarnya SALAH!” teriak Beby berapi-api.
“ Terus, apa sebenarnya?” emosiku pun naik mendengar Beby mencemooh Ikmal. Aku tidak suka Ikmal dilakukan seperti itu.
“IKMAL  ITU BILANG LO ITU KURUS, DEKIL, MISKIN, ITEM, DAN JELEK. DAN DARA GAK SUKA LO DIBILANG KAYAK GITU!!!!” bentakkan Beby benar-benar membuatku diam. Jadi, sebenarnya, Ahhh!!! Aku salah!
“ Dan Dara masuk rumah sakit” sambung Rio berusaha menahan air matanya.
Sahabat macam apa aku ini? Aku memilih orang yang salah! Aku bergegas meninggalkan sekolah dan menuju Rumah Sakit Virginity.  Tempat dimana Dara dirawat.

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Maaf, aku benar-benar bodoh pada saat itu. padahal, Dara… Argh! Aku benci mengucapkan penyakit itu. aku hanya menarik napas panjang dan berusaha untuk kembali mengingatnya. Kumohon jangan langsung menjadi kejadian buruk itu. ahhh!!! Jangan pernah ucapkan LEUKIMIA!!!!
 
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
 
BRAAAAKKK!!!
Segera aku menutup pintu mobilku dengan sekuat tenaga dan memasuki rumah sakit. Aku segera bertanya kepada suster yang lewat didepanku dan menanyakan dimana pasien bernama Dara Rizki Ruhiana. Dan setelah mendapat informasi aku segera menuju ruangan tersebut. Sayang, Dara sedang ditangani. Dan ternyata, tak berapa lama dokter tersebut keluar.
“ Bagaimana keadaan adik saya, Dok?” tanyaku panik.
Dokter menatapku dalam, dan menggeleng, “ Tunggu informasinya besok” kata Dokter tersebut dan meninggalkanku. Aku hanya menarik napas panjang. Sebenarnya, apa yang terjadi terhadap Dara? aku menjadi takut dengan kabar itu! kabar yang membuatku bingung.

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Aku panik! Saat itu aku benar-benar panic bukan main. Kenapa Dara bisa masuk rumah sakit? Sebenarnya ada hal apa yang disembunyikan Dara? dan semuanya sebenarnya sudah terjawab dan aku tahu apa jawabannya. Tapi, aku tak mau! Tak mau saat ini mengucapkannya. Tapi, itu harus. Ya, harus!

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Aku terperangah. Mengapa Dara bisa mengalami penyakit mematikan seperti itu? Dengar! Kanker darah, Leukimia! Kenapa bisa? Padahal, Dara selalu mengonsumsi makanan dengan Normal dan tidak pernah kekurangan vitamin. Tapi, kenapa penyakit itu bisa menyerang Dara? ahh!!! Aku semakin merasa bersalah. Kenapa aku tidak menolongnya? Kau tahu? Stadium berapa? Stadium 3, level cukup mematikan dibidang kanker. Apakah aku jahat kepada sahabatku?
“ Apa ada kemungkinan sembuh, Dok?” tanyaku berusaha sabar. Dokter tersebut menarik napas panjang dan menatapku enggan, “ Harapannya sangat kecil. Menghitung bulan saja” katanya.
JDEEEERRRR!!!
Seperti disambar petir, aku merasakan goncangan yang begitu hebat yang terjadi pada diriku. Aku juga baru ingat sekarang Tanggal 09 Agustus. Ulang tahun Dara yang kedelapan belas tahun. benar-benar diluar dugaan! Dan Dara mendengar semua itu. Ternyata, dia menguping semua pembicaraanku dengan Dokter.
“ Hiks… Hikss…” Dara menangis. Aku segera menghampirinya dan memeluknya erat, “ Dara, Maafin Aku. Aku tidak bermaksud untuk memilih Ikmall” kataku meminta maaf. Tak ada respon dari Dara, dia masih menangis. Aku benar-benar sahabat yang kejam.
“ darr…” kubelai lembut rambut Dara. Namun, Nihil! Rambut yang kusentuh itu malah bercerai-berai, rontok! Banyak sekali rambut Dara yang hinggap ditelapak tanganku. Ya, TUhan! Tolong jangan biarkan dia pergi dariku!
“ Aku gamau mati, Kak! Aku masih ingin hidup! Aku ingin jadi dokter! Aku ingin ke paris! Aku ingin menikah! Aku ingin punya anak, Kak!!!” isak Dara didadaku. Aku hanya diam, hanya bisa mengelus punggungnya.
“ Dara jangan nangis, dong! Dara kan anak yang tegar! Masa sama kanker aja Dara takut?” kataku berusaha menghiburnya.
“ Daraa tidak takut, kok, ” Dara melepas pelukannya sambil mengusap sendiri air matanya. Dia menatapku sayu, membuatku kembali merasa bersalah. Tapi, dia tersenyum, ya, tersenyum, “ Dara Cuma takut Dara gak bisa gapai mimpi Mimpi! kalaupun Tuhan ternyata ingin Dara bersamanya. Dara rela, kok” kata Dara. Aku diam, kenapa bukan aku? Kenapa harus Dara? Padahal, aku tidak pernah peduli terhadap diriku. Aku selalu amburadul dalam berpakaian. Aku selalu bertingkah nakal dan aku tidak pernah melakukan hal yang baik.
Lalu, kenapa gadis baik, cantik, dan pintar seperti Dara yang mengalaminya? Dia tidak pernah berbuat kesalahan! Dia selalu tabah! Kenapa bukan aku? Aku menangis! Ya, aku yang menangis. Kenapa bukan dia yang menangis sedih sepertiku? Kenapa harus aku? Kenapa harus aku?
“ Ka Mita jangan nangis! Dara kan sayang sama Kaka” Dara mengusap air mataku lembut. Aku hanya diam, membiarkan Dara mengusap air mataku. Untuk yang terakhir kalinya.
“ Happy Birthday Dara!” Aku memeluknya erat. Dia membalas pelukanku. Ah! Kenapa dia selalu membuatku nyaman! Dia gadis baik! Kenapa dia mengidap penyakit mematikan itu.
“ Makasih, Kak” jawab Dara senang.
“ Dara mau apa dari Kakak?” tanyaku sembari melepas pelukanku. Dara tersenyum dan menjulukan jari kelingkingnya.
“ Lingkarin jari kelingking kakak di jari kelingkingku” ucap Dara. Aku tersenyum, aku mengulurkan jari kelingkingku di jari kelingkingnya.
“ Kakak harus janji untuk selamanya sayang sama aku” ucap Mita. aku mengangguk mantap, “ SAYA CAMERIA HAPPY PRAMITA  BERJANJI AKAN SELALU DAN SELAMANYA UNTUK SAYANG KEPADA DARA RIZKI RUHIANA, SAHABAT SEJATIKU”
“ Makasih, Kak” Dia memelukku. Aku membalas pelukannya, membiarkan dia melakukan semuanya kepadaku. Yah,!!!

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Sekarang, kau tahu kan kenapa aku masih selalu mengenangnya? Aku sayang kepada Dara. Dan sekarang dia sudah pergi! Sepertinya, aku sudah tidak sanggup menceritakan semuanya. Lebih baik aku segera menceritakan dimana dia pergi, untuk selamanya!
 
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-__

Dua ratus empat puluh dua hari sudah dia menderita penyakit tersebut. Dan pagi ini sungguh membuatku bahagia, bukan karena ulang tahunku saja. Tapi, perkembangan pada diri Dara sudah mulai berubah. Tangannya sudah mulai bisa digerakkan, dia sudah bisa mengunyah dan berbicara dengan jelas, dan berjalan hingga berlari. Benar-benar pagi yang membuatku bahagia.
Tibalah malam dimana aku ingin mempersembahkan lagu ciptaanku ‘RINDUKAN DIRIMU’ kepada Dara. Namun, sepertinya ada yang berbeda. Dara mengerang kesakitan, tubuhnya kembali lunglai. Bahkan lebih parah. Aku takut dan ketika jam sembilan malam berdentang! Hembusan napas itu sudah tiada, tidak ada lagi dan tidak akan pernah ada.
 
~ BILA KAU HARUS PERGI MENINGGALKAN DIRIKU JANGAN LUPAKAN AKU… SEMOGA DIRIMU DISANA KAN BAIK-BAIK SAJA UNTUK SELAMANYA DISINI AKU KAN SELALU RINDUKAN DIRIMU, WAHAI SAHABATKU… RINDUKAN DIRIMU~
 
Aku menyanyikan lagu itu. Saat dia sudah ditutupi oleh kain kafan. Ahh… kenapa harus sekarang? Kenapa harus di ULANG TAHUN-ku? Tapi, aku tersenyum melihat kepergiannya. Walau air mata ini masih terus mengalir dan membentuk hujan sayang dipipiku. Aku tak peduli, Dia Pergi Aku Datang!
“ Semoga dirimu disana kan baik-baik saja, Dara” Aku mengecup lembut dahi Dara kemudian melepaskannya pergi untuk selamanya. Yah,, Rindukan Dirimu Untuk Selamanya, Dara!

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
 
Gundukkan tanah itu masih berwarna merah. . dan ketika aku sampai Dara sudah terbaring ditanah. Apakah dia tidak takut dengan cacing-cacing disana? Ihhmm…!!!
“ Dar, jaga diri kamu baik-baik disana, ya” aku mencium lembut nisan.
Kulihat Mama Dara itu menatapku dari luar pemakaman dan tersenyum. Kemudian, segera melaju meninggalkan pemakaman ini.
“ Dara, masih ingat ga waktu kita masih kecil? Aku dulu sempat cinta sama kamu, loh” kataku berusaha menahan tangis.
“ Eh, SMP-nya kita malah musuhan dan SMA kita jadi sahabat. Dar, kamu gak jadi ke Paris, dong? Padahal, aku sempat-sempat ikut lomba menyanyi dan menjadi juara satu. Dan hadiahnya dua tiket ke Paris, ini hadiahnya” Aku dengan bodohnya mengulurkan tiket pesawat kepada nisan tersebut. Memang gila! Tapi, aku belum menerima semuanya.
“ Yah, Dara. Kok tidur mulu, Sih? Hei, aku sudah jadian loh sama Rio. Aku tidak jadi sama Ikmal ternyata dia lebih memilih Beby” kataku lagi. Benar-benar bodoh! Tiba-tiba, aku mendengar seseorang memanggilku. Aku menoleh dan mendapati Rio sedang berlari-lari kecil kearahku.
“ Rio!” kagetku.
“ Mit, Ini!” Rio memberikanku sepucuk surat. Aku segera menerima surat dengan amplop berwarna keemasan itu dan sedikit menjauh dari Rio dan makam Dara.

Dear Mita…

Hai, Kak Mita. Apa kabar? Mungkin, saat kakak membaca surat ini aku sudah bersama Mama Kandungku, . Kakak, pasti sekarang sudah jadian sama Rio? Bagus, deh! Kakak, jangan lupa minum air putih banyak-banyak, ya. Supaya penyakit ginjal Kakak cepat sembuh. Terus, jangan sia-siain Kak Rio. Kak Rio itu orangnya baik dan sesuai tipe Kakak. Cinta lingkungan, hehehe… Semoga kakak naik kelas, deh. Oh, iya, Kak. Aku menyimpan sesuatu loh di dalam amplop ini. Lagu buatanku sendiri, aku juga udah pernah baca lirik lagu kakak yang ‘Rindukan Dirimu’ waktu itukan aku gak sengaja buka tas kakak. Eh, ketemu secarik kertas. Ternyata, itu lirik lagu buatan Kakak, toh! Hehehe…
Hmmmgghh...! udah dulu ya, kak. Aku udah capek, nih. Udah gitu tulisannya ambur adul, lagi! Maaf ya, kak. Semoga kakak sehat selalu dan langgeng sama Kak Rio. Dadah!!!
 
Dara Rizki Ruhiana

Kenapa gadis itu selalu bisa bertahan dengan apa yang dia alami? Ah entahlah! Aku sayang kamu, Dara.

^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^_^

Sekarang, dia sudah tiada. Dan aku hanya sendiri disini. Tanpa sahabatku. Namun, Walaupun Rio, kekasihku ada disini. Dia hanya setitik kecil dari kebahagiaanku. Ahhh!!! Dara, aku akan selalu merindukanmu!
Aku benci Leukimia! Dia buat sahabatku pergi!
Aku benci Leukimia! Dia buat sahabatku sakit!
Aku benci Leukimia! Dia hancurkan impian sahabatku!
Aku benci Leukimia! Dia sakiti sahabatku!
Aku benci Leukimia! Bukan untuk sementara!
Aku benci Leukimia! Untuk selamanya!!!
 
#The End
 
Dilarang CoPast (Don't reupload)
Makasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

coment-coment Vty, Mrz, Dlz