Senin, 24 Oktober 2011

Perjalanan Hidup'ku #2


“Apa???? (dengan wajah kaget dan sedih)  masih ada???” ujar Dinda
“Sabar yaa sayang... kamu pasti kuat jalani cobaan ini, Bunda akan selalu ada buat kamu dan selalu suport kamu sayang... bunda juga sedih banget kenapa bisa seperti ini” ujar Bunda dengan meneteskan air mata.
Mereka kembali kerumah.
Dinda sangat kaget dan sedih mendengar penyakitnya itu muncul lagi. Dinda hanya bisa pasrah, sabar dan menangis. Dinda takut suatu saat nanti Dinda akan pergi untuk selama-lamanya. Dan Dinda gak mau meninggalkan Bundanya sendirian. Semua usaha akan terus ditempuh agar penyakitnya itu bisa sembuh.
Sejak mendengar perkataan dokter, Dinda jadi lebih semangat hidup dan akan selalu membahagiakan Bundanya. Dan jika suatu saat nanti Dinda pergi untuk selama-lamanya. Dinda tak akan sedih, karena dia sudah menjadi yang terbaik untuk Bundanya.
Hari demi hari telah Dinda jalani bersama penyakit itu dan kini penyakit itu semakin parah. Benjolan didalam tulangnya itu mulai membesar. Harapan hidup Dinda kini kian mengecil. Tetapi Dinda akan selalu semangat walaupun penyakit yang dideritanya itu sulit untuk disembuhkan.
Saat dikampus, Dinda tetap semangat dan tak ingin terlalu memikirkan tentang penyakitnya itu.
“Ref...” dinda memanggil Refi
“Iya Din.. ada apa??” tanya Refi
“Apa loe masih mau jadi teman gue disaat gue punya penyakit ini??” tanya Dinda
“Mank loe sakit apa lagi Din...???” tanya Refi
“Penyakit gue yang sempat hilang sekarang muncul lagi... dan akan semakin parah” jawab Dinda
“APA??? (sangat kaget) bukannya penyakit itu sudah hilang yaa??” ujar Refi
“Iya itu dulu, sekarang muncul lagi dalam hidup gue, gue takut Ref...” Ujar Dinda sambil meneteskan air mata
“Loe tenang ajah Din... gue akan selalu ada disamping loe J” jawab Refi
“Thanks banget yaa Ref, gue senang banget  punya teman seperti loe!!” ujar Dinda
“Iya Din sama-sama” jawab Refi
Refi terus memikirkan tentang penyakit yang diderita Dinda. Dia akan selalu membuat Dinda bahagia dengan mensuport Dinda dan tak ingin membuat Dinda sedih. Pada akhirnya Refi memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Dinda, agar Dia bisa terus bersama dan agar mereka bisa melengkapi satu sama lain.
Keesokan harinya Refi pergi kerumah Dinda untuk menyatakan perasaan yang selama ini Refi pendam.
“Assalamu’alaikum (dengan mengetok pintu) “ ucap Refi
“Wa’alaikum salam nak Refi...” jawab Bunda
“Dindanya ada tante??” tanya Refi
“Ada kok... sebentar yaa tante panggil’kan dulu, silahkan duduk nak Refi..” ujar Bunda
“Iya tante..” jawab Refi
Tak lama kemudia Dinda datang dengan memegang boneka beruang kesayangannya.
“Ref... ada apa loe kerumah gue?? Tumben... kok gak kasih kabar dulu??” tanya Dinda
“Gue sengaja gak kasih tahu loe, biar surprise gitu... (sambil tersenyum)” jawab Refi
“Ah loe ini ada-ada ajah... (sambil tersenyum)” ujar Dinda
“Kita bisa ngomong sebentar??” tanya Refi
“Mank mau ngomong apa?? Kayaknya serius banget deech..” ujar Dinda
“Iya ini memang serius Din... langsung aja yaa??? Sebenarnya gue..............” ujar Refi
Ketika mereka sedang ngobrol Bundanya Dinda datang dengan membawa minuman untuk Refi.
“Nak Refi silahkan diminum airnya...” ucap Bunda
“Iya tante, terimakasih...” jawab Refi
“Kalau gitu terusin ngomongnya, tante mau masak dulu...” ujar Bunda
Mereka meneruskan pembicaraannya.
“Tadi loe mau ngomong apa Ref???” tanya Dinda
“Gue..... sebenarnya gue.....” ucap Refi dengan gugup
“Loe kenapa??? Ih ngomong kok setengah-setengah sich??” Ujar Dinda
“GUE SUKA, SAYANG, dan CINTA sama LOE DIN !!! (dengan lantang)” ucap Refi
“Loe suka sama gue Ref??? Sejak kapan???” tanya Dinda
“Sejak gue kenal loe.. loe itu tipe cewek yang selama ini gue cari Din...” jawab Refi dengan malu
“Kenapa loe baru ungkapin sekarang???” tanya Dinda
“Iya... gue beraninya sekarang Din.... gimana loe mau gak jadi pacar gue??” ujar Refi
“Gimana yaa??? Loe tau kan gue itu penyakitan?? Dan gue gak lama hidup di dunia ini... jujur sebenarnya gue juga sama loe...” jawab Dinda
“Gue gak peduli sama penyakit loe, gue mau ikut ngerasain apa yang loe rasain, karena gue sayang sama loe dan gue mau jalanin hidup gue sama loe. Gue Cuma mau raga dan hati loe, gue gak peduli sama penyakit loe Din...” jelas Refi
“Loe semudah itu ngomong kayak gitu.. apa suatu saat nanti loe siap kalo harus kehilangan gue untuk selama-lamanya??? Apa loe sanggup ngukir kenangan kita kalau pada akhirnya gue mati??? Dan semuanya bakalan sia-sia” ujar Dinda dengan meneteskan air mata
“Sekali lagi GUE GAK PEDULI !!! (dengan nada tinggi dan meneteskan air mata) yang gue mau sekarang, gue mau loe jadi pacar gue, gue janji gue bakalan jaga loe baik-baik dan gue bakalan buat loe bahagia... please jangan hancurin hati gue (sambil memegang tangan Dinda) “ ujar Refi
“Baik’lah kita jalani ajah dulu....” jawab Dinda
“Yaudah mulai sekarang kita pacaran yaa???” Ujar Refi
“Iya Ref...” jawab Dinda
Mereka pun menjalin hubungan. Setiap hari mereka selalu bersama dan saling perhatian. Refi senang sekali karena dia telah mendapatkan belahan jiwanya dan ia berjanji dengan setulus hatinya kalau dia akan selalu sayang dan selalu ada disamping dia hingga dia menutup mata. Dan Dinda merasa bahagia karena Refi benar-benar tulus sayang dengannya. Dinda pun berjanji gak akan kecewain Refi dan akan mengukir kenangan yang indah bersama Refi. Dan kini Dinda merasa bahwa dirinya sangat berarti dan tetap tersenyum melawan penyakit itu.
Suara hape Dinda berbunyi....... Hape yang berisi sebuah pesan baru dari Rio teman lamanya Dinda. Didalam pesan itu tertulis kalau Rio mengajak Dinda untuk bertemu. Dan mereka bertemu disebuah cafe.
“Hey... ada apa nih loe ngajak gue ketemuan??” tanya Dinda
“Ada bisnis yang gue mau tawarin ke loe..” jawab Rio
“Bisnis apa???” tanya Dinda
“Loe suka nulis kand??” tanya Rio
“Iya.. sekarang gue lagi bikin novel gue yang kedua..” jawab Dinda
“Kita punya hoby yang sama... sekarang gue lagi mau ngorbitin novel ke’5 gue...” ujar Rio
“Oh yaa??? Terus bisnis apa??” tanya Dinda
“Loe selesain dulu novel loe yang kedua, terus loe serahin kegue novel loe yang pertama dan kedua.. terus kita orbitin bareng-bareng novel loe dan novel gue... gimana?? Jawab Rio
“Emm.. boleh juga tuh... oke dech nanti gue lanjutin novel gue... thanks yaa udah mau ngajak gue kerjasama sama gue??” ujar Dinda
“Oke sama-sama, sesama penulis kand harus saling bantu... oO iya kalau ada kesulitan bilang gue ajah, siapa tau gue bisa bantu...” ujar Rio
“Oke.. kalau gitu gue duluan yaa?? Coz ada jam kuliah... bye...” ujar Dinda
“Oke.. bye..” jawab Rio
Dinda menuju kampus dan sesampainya dikampus Dinda bertemu dengan Henita.
“Dinda...” Henita memanggil
“Iya Hen ada apa??” jawab Dinda
“Gue mau minta pendapat loe nih...” ujar Henita
“Pendapat apa dan tentang apa??” tanya Dinda
“Gue suka sama Refi Din.... dan gue mau nyatain perasaan gue ke dia (dengan wajah bahagia)” Jawab Henita
“Oh... (dengan wajah sedih dan kaget)” jawab Dinda dengan singkat
“Kok respon loe Cuma OH doank sich?? Gue minta pendapat loe Din....” ujar Henita
“Yaudah lebih baik loe jujur ajah tentang perasaan loe ke Refi” Jawab Dinda dengan lemas
“Oke dech ntar gue coba ngomong sama Refi... temenin gue ke perpustakaan yuk??? Disana ada Refi dan gue mau ngomong sama dia tentang perasaan gue..” ujar Henita
“Kenapa gak loe ajah???” tanya Dinda
“Ih Dinda.... gue mau sama loe, biar loe tau Din....udah ayukk....(sambil menarik tangan Dinda) “ ujar Heita
Sesampainya diperpustakaan Refi sedang membaca buku dan mereka menghampiri Refi.
“Refi... lagi ngapain nih(dengan tersenyum)???” tanya Henita
“Lagi baca buku ajah nih... ada apa??” tanya Refi
“Gue mau ngomong sesuatu ini penting banget tentang perasaan gue ke loe...” jawab Henita
“Perasaan apa???” tanya Refi
“Gue suka sama loe.. bahkan gue sayang sama loe” jawab Henita
“Loe suka sama gue (dengan wajah kaget dan langsung menoleh ke Dinda) kok loe bisa suka sama gue???” tanya Refi
“Iya Ref gue suka sama loe, kand gue udah pernah bilang waktu dirumah sakit dan waktu loe bilang suka sama Dinda..” jawab Henita
Mereka terdiam sejenak dan Dinda terlihat cemburu mendengar pengakuan perasaan Henita kepada Refi. Padahal Dinda dan Refi sudah jadian dan Dinda percaya kepada Refi kalau dia tak akan menyakiti dan mengkhianatinya. Dinda hanya bisa diam.
“Tapi loe tau kan gue suka sama Dinda???” ujar Refi
“Iya gue tau, dan gue gak peduli... kalau emang harus cinta segitiga.. yang penting gue bisa memiliki loe Ref, sorry yaa Din.. gue ngomong giniy didepan loe.. perasaan gak bisa dibohongi” ujar Henita
“Iya emang seharusnya loe itu jujur, jangan sampai loe nyesel... masalah gue, gue gak apa-apa kok, loe tenang ajah gak uah khawatir” jawab Dinda dengan lemas
“Udah..udah.. jangan diterusin!!!” ujar Refi dengan suara lantang
“Terus gimana Ref??? Loe terima gue gak?? Gue pengen banget jadi pacar loe...” ujar Henita
“Nanti gue fikirin lagi... gue masih bimbang... loe tau kand gue sukanya sama Dinda..” jawab Refi
“Gue tunggu jawaban loe nanti malam... jam 19.00 gue tunggu di cafe biasa..”
“Iya InsayaAllah...” jawab Refi
“Yaudah kita berdua duluan yaa (sambil menarik tangan Dinda)??? Ujar Henita
“Iya..” jawab Refi
Mereka pulang bersama dan selama diperjalanan mereka membicarakan kejadian tadi diperpustakaan bersama Refi.
 “Din.. gimana menurut loe??? Refi bakalan terima gue gak yaa???” tanya Henita
“Yaa... kita lihat ajah nanti malam...” jawab Dinda
“Doaín yaa Din.. semoga Refi terima gue buat jadi pacarnya..” ujar Henita
“Iya.. amin (dengan lemas)..” Jawab Dinda
“Loe kenapa lemas gitu??? Dan muka loe pucat banget Din... loe sakit???” tanya Henita
“Iya.. kepala gue pusing dan punggung gue sakit banget... bisa loe gantiin gue??? Loe yang bawa mobilnya??” jawab Dinda
“Iya...iya... tahan yaa Din?? Sekarang kita kerumah sakit.. gue gak mau loe kenapa-kenapa!!!” ujar Henita dengan wajah cemas
Henita segera membawa Dinda kerumah sakit dan sesampainya dirumah sakit, Dinda langsung diperiksa. Dan Henita memberitahukan tentang ini ke Bunda dan Refi.
Tak lama Bunda dan Refi datang secara bersamaan dan Bunda langsung menanyakan apa yang terjadi dengan Dinda.
Dokter keluar dari ruangan.
“Apa yang terjadi dengan anak saya dok??” tanya Bunda dengan meneteskan air mata
“Anak ibu mengalami penyakit yang cukup serius..” jawab Dokter
“Apa penyakit kankernya itu muncul lagi dok??” tanya Bunda
“Iya ibu.. bahkan benjolan itu semakin besar” jawab Dokter dengan singkat
“Kalau gitu apa yang harus dilakukan agar anak saya bisa sembuh??” tanya Bunda
“Kita tunggu hasil laboratorium... jadi ibu harus bersabar...” jawab Dokter
Bunda kaget mendengar hal itu dan Bunda langsung menemui Dinda.
“Nak... sakit sekali yaa?? Sabar sayang...” ujar Bunda dengan mengelus kepala Dinda
“Iya bun... kenapa mesti muncul lagi penyakit ini?? Sekarang Dinda bisa ngerasain benjolan dipunggung Dinda bu.... dan kian hari kian membesar.. dinda takut...” jawab Dinda
“Kenapa selama ini kamu diam saja sayang??? Kenapa kamu gak bilang sama Bunda??” tanya Bunda
“Dinda Cuma gak mau lihat Bunda sedih.. biar penyakit ini Dinda yang rasakan sendiri..” jawab Dinda
“Yang sabar yaa sob...” ujar Henita
“Iya...” jawab Dinda
“Nak Heni, nak Refi... tanten titip Dinda yaa??? Tante mau berbicara dengan dokter.” Ujar Bunda
“Iya tante..” jawab Refi
Selama beberapa minggu Dinda memang menyembunyikan tentang penyakit dan benjolan itu karena Dinda tak ingin membuat orang disekitarnya merasa sedih.
“Ref.. Hen...” Dinda memanggil
“Kenapa Din??” tanya Henita
“Hen... sebenarnya gue dan Refi itu udah jadian sejak satu minggu yang lalu..” jawab Dinda
“Apa?? Jadian??? Kenapa loe gak jujur sama gue Din??? Kalau tau gitu gue gak akan nembak Refi.. karena Refi udah milik loe...” ujar Henita dengan meneteskan air mata
“Gue bakalan jujur sama loe,, kalau waktunya udah tepat” jawab Dinda
Refi hanya bisa terdiam dan tak bicara sedikitpun.
“Ref....” panggil Dinda
“Iya sayang...” jawab Refi
“Aku gak mungkin bisa bahagiain kamu... aku cuma benalu yang gak ada artinya dihidup kamu..” ujar Dinda
“Kamu gak boleh ngomong gitu, aku sayang kamu apa adanya...” jawab Refi
“Tapi.. buat apa kamu hidup sama orang yang penyakitan dan bakalan mati??” tanya Dinda
“Din... Refi benar... Dia sayang loe apa adanya..” ujar Henita
“Loe suka bahkan sayang kand sama Refi???” tanya Dinda
“Iya.. tapi Refi udah jadi milik loe... gue ikhlas dan rela kalau Refi sama loe.. karena loe sahabat gue..” jawab Henita
“Jujur Ref... aku gak mau kehilangan kamu dan pisah sama kamu..” ujar Dinda
“Aku juga Din....” jawab Refi
“Kalau gitu... sekarang kamu nyatakan cinta sama Henita (sambil menarik tangan Refi dan Henita)” ujar Dinda
“Tapi aku gak akan bisa... hidup sama dua orang cewek...” jawab Refi
“Iya Din... gue juga gak mungkin hidup sama Refi yang jelas-jelas udah jadi milik loe..” ujar Henita
“Please turutin kemauan gue sebelum gue menutup mata..” ujar Dinda
“Loe gak akan pergi Din...” saut Henita
“Gue akan semangat hidup kalau kalian berdua jadian... dan gue ikhlas kalau kita harus hidup bertiga dengan cinta segitiga.. karena kekurangan gue bisa loe lengkapi Hen... jadi Refi tetap punya cinta yang lengkap dan sempurna meskipun gue gak sempurna, dan keputusan ini bisa bikin hidup gue semangat dan optimis dalam melawan penyakit ini” jelas Dinda dengan menguraikan air mata
“Baik’lah sayang.. kalau ini mau’mu.. aku gak bisa nolak, selanjutnya terserah Henita dia bisa terima or gak..” jawab Refi
“yaudah Ref, Din.. gue setuju... ini demi kesehatan loe dan loe harus semangat!!!” ujar Henita
Mereka menjalani hubungan yang seharusnya mereka tidak jalani. Namun karena kebesaran hati Dinda untuk bisa menerima orang ketiga dalam hubungannya, dia yakin dia akan tetap bahagia dengan jalan hidupnya ini.
Tak lama Dokter dan Bunda datang..
“Kamu harus dioperasi lagi nak...” ujar Bunda
“Iya Bun.. Dinda siap.. Dinda mau penyakit ini benar-benar hilang dari tubuh Dinda” jawab Dinda]
“Baik’lah... saya akan mempersiapkan alat-alat operasinya” ujar Dokter
Sementara dokter menyiapkan alat-alat operasinya. Bunda, Dinda, Refi dan Henita shalat berjamaah diruang kamar Dinda.
Setelah selesai.. dinda langsung dibawa keruang operasi dengan senyum yang indah.
“Semangat Din.. loe pasti sembuh...” ujar Henita
“Iya Hen.. amin... gue titip Refi yaa??? Tenangin diri dia dan yakinin kalau gue bakalan baik-baik ajah” jawab Dinda
“Iya Sob...”J
Operasi berjalan selama satu jam karena penyakit itu harus benar-benar diangkat dari tubuh Dinda. Bunda, Henita dan Refi menunggu dengan cemas dan takut. Mereka terus berdoa agar operasinya lancar dan Dinda benar-benar bisa sembuh.
Akhirnya operasi selesai dan dokter keluar dari ruang operasi.
“Gimana dok???” tanya Bunda
“Alhamdulillah lancar bu... tapi Dinda masih belum sadarkan diri karena pengaruh dari obat bius. Saya permisi bu..” jawab Dokter
“Iya dok terimakasih..” ujar Bunda
Dinda langsung dibawa keruangannya.dan Bunda, Refi, Henita langsung menemui Dinda. Beberpa menit kemudian Dinda sadarkan diri.
“Alhamdulillah sayang kamu udah sadar.. gimana?? Masih sakit nak??” tanya Bunda
“Masih Bun.. tapi Cuma sedikit.. mungkin karena jahitan ajah yaa Bun???” jawab Dinda
“Iya sayang... sekarang kamu sudah benar-benar sembuh sayang..” ujar Bunda
“Iya Bun.. ini semua berkat Bunda yang udah doaín aku dan juga karena Refi dan Henita. Thanks yaa Ref, Hen....??” Jawab Dinda
“Iya Din sama-sama gue senang banget, coz loe bakalan sembuh seperti dulu...” ujar Henita
“Iya Hen... gue juga senang banget” jawab Dinda
Selama Dinda dirawat dirumah sakit, Refi dan Henita menemani sampai Dinda benar-benar sembuh dan boleh pulang. Dengan cinta segitiga yang mereka jalani, ternyata membuat mereka bahagia dan saling melengkapi satu sama lain. Dan mereka berjanji gaka akan mengecewakan satu sama lain dan akan selalu menjaga kepercayaan mereka masing-masing.
Dinda diopname selama 4 minggu dan akhirnya Dinda pulang kerumah dengan wajah ceria dan ia langsung melanjutkan novelnya karena selama ia sakit, dia gak bisa melanjutkan novelnya.
Dinda butuh waktu selama 1 tahun untuk menyelesaikan novelnya yang akan diorbitkan bersama teman lamanya yaitu Rio. Meskipun butuh waktu lama Dinda tetap semangat.
Dinda terus membagi waktu antara kuliah dengan hobbinya menulis. Setiap ada jam kosong, ia memanfaatkan waktunya untuk belajar dan setelah itu melanjutkan novelnya hingga selesai. Dia akan mewujudkan cita-citanya yaitu sebagai penulis yang handal. Dengan bantuan Rio, dukungan Dari Bunda, dari kekasihnya “Refi” dan Henita sahabatnya Dinda bisa meraih itu semua.
Dinda tak pernah patah semangat , dan dia selalu optimis kalau dia pasti bisa.
Satu tahun telah berlalu dengan kebahagiaan yang Dinda dapat dan kini karya novel Dinda telah berhasil diorbitkan bersama novel milik Rio. Mereka bekerjasama dengan penuh keyakinan. Dinda merasa bahagia karena karyanya yang berjudul “AKU TETAP MELANGKAH” dapat diterima dimasyarakat dan mendapat respon yang baik.
Bunda, Refi dan Henita merasa bangga dengan Dinda karena dia telah berhasil meraih cita-citanya sebagai penulis
Kuliah Dinda 3 minggu lagi akan selesai dan dia akan lulus dengan gelar SARJANA.
Acara kelulusan telah tiba...
“Bun.. ayo bun cepat,, nanti telat...” teriak Dinda
“Iya sayang sebentar....” jawab Bunda
“Dinda tunggu mobil yaa Bun...” ujar Dinda
“Iya nak... Bunda udah siap nih... ayo kita berangkat” jawab Bunda
Mereka berangkat ke acara kelulusan Dinda. Dan Dinda memakai pakaian kebaya yang sangat anggun dan cantik.
Sesampainya di acara tersebut Dinda langsung ditarik Refi.
“Din.... ayo ikut aku (sambil menarik tangan Dinda), aku mau ngomong sesuatu sama kamu..” ujar Refi
“Iya.. Iya.. Ref...  sebentar yaa Bun..” Ujar Dinda
“Kamu mau ngomong apa sayang???” tanya Dinda
“Aku gak mau kehilangan dan jauh dari kamu setelah kita lulus. Aku mau sama kamu selamanya... sebagai tanda ikatan cinta kita... aku akan memberikan kamu sebuah cincin berinisial “R Love D”.... Ujar Refi
“Yaa ampun sayaang... makasih banget yaa??? Aku janji akan selalu pakai cincin ini... tapi???” jawab Dinda
“Tapi apa cinta’ku yang cantik??? J” tanya Refi
“Gimana dengan Henita?? Kamu gak mikirin perasaan dia??? Aku gak mau loch bahagia diatas penderitaan orang lain.. aku mau terima cincin dari kamu tapi kamu juga kasih cincin yang sama tapi berinisial “R Love H” kalau kamu gak mau, aku juga gak mau terima cincin dari kamu.. kamu udah lupa sama cinta segitiga kita???” Jelas Dinda
“Kamu gak usah khawatir say.. aku juga udah beli cincin buat dia ko???” jawab Refi
"Huft kamu... kamu kira pacar kamu cuma aku doank ??" ujar Dinda
Refi hanya tersenyum
“Yaudah... yuk.. acara udah mau dimulai nih.... kita cari Henita juga...” ujar Dinda
“Dari tadi aku gak liat Henita..." jawab Refi
"Yaudah sebentar yaa say.. aku coba hubungin dia dulu" ujar Dinda
Tak lama Henita datang dengan senyum'nya..
"Hay Din.. hay Ref.. sorry telat udah mulai belum acara'nya??" tanya Henita
"Belum mulai ko Hen... ada sesuatu yang aku mau kasih ke kamu.." ujar Refi
"Apa?" tanya Henita
"Niyh buat kamu (sambil menyerahkan cincin)" ucap Refi
"Apa niyh Ref?? (sambil membuka).. yaa ampun... bagus dan cantik banget... buat apa niyh?? aku kan gak lagi ulang tahun.." Tanya Henita
"Aku mau bertunangan dengan'mu dan Dinda.... Kalian belahan jiwa'ku" jawab Refi
"Tapi Dinda???" tanya Henita
"Tenang Hen... gue juga udah dapet ko cincin itu dari Refi juga!" ujar Dinda
"Oo... jadi kita akan hidup bertiga selamanya??" tanya Henita
"Iya donk tentu.." ujar Dinda
"Baik'lah.. semoga orangtua'ku setuju yaa dengan pertunangan cinta segitiga ini??" jawab Henita
"Iya amin..." ujar Refi
Mereka menuju aula tempat acara berlangsung
Dan waktu'pun berlalu. Acara tersebut sudah selesai
"Hen.. Din.." Refi memanggil
"Apa sayang..." jawab Dinda dan Henita dengan kompak
"Aduucchh sayang-sayang'ku ini kompak juga yaa??" ujar Refi
"Hehehe iya donk.. kan kita harus terus kompak selamanya" jawab Dinda
"Yaudah sekarang aku mau kita ke orangtuanya Henita untuk minta persetujuan tentang cinta segitiga cinta kita ini" ujar Refi
"Apa?? secepat ini kah?" jawab Henita
"Iya.. soal'nya aku gak mau kehilangan kamu ataupun Dinda.. nikah'nya nanti saja kita pikirkan lagi" ujar Refi
"yaudah kalo gitu.. semoga dapat restu yaa??" jawab Henita
"Amin.." ujar Dinda dan Refi
Mereka pun menuju orangtua'nya Henita yang sedang ngobrol dengan orantua'nya Dinda. Sebenar'nya kedua orangtuanya Dinda sudah mengetahui tentang cinta segitiga mereka. Kedua orangtua Dinda percaya dengan Refi, kalau Refi akan bersikap adil dengan Dinda dan Henita.
"Kebetulan banget orangtuanya Henita sedang bersama orangtuanya kamu Din" ujar Refi
"Aduuhh ko aku jadi gemeteran dan deg deg'an gini yaa??" ucap Henita
"Sama niyh aku juga. kamu yakin Ref??" tanya Dinda
"Yakin 1000 % sayang... udah berdoa ajah" jawab Refi
"Hay tante.. om.. (sambil mencium tangan)..." ujar Refi
"Iya nak Refi... ada apa??" tanya ibunya Henita
"Saya ingin bertunangan dengan anak tante dan om .." jawab Refi dengan gugup
"Benar'kah nak Refi??" tanya Ibunya Henita
"Iya tante.." jawab Refi
"Kalau gitu tante dan om setuju nak.." ujar Ibunya Henita
"Tapi om tante..." ucap Refi
"Tapi kenapa nak Refi ??" tanya Ibunya Henita
"Apa tante dan om setuju kalau Henita hidup dengan aku dan Dinda??" jawab Refi
"Maksud kamu apa??" tanya ayahnya Henita
"Aku juga sudah melamar Dinda... Henita dan Dinda setuju dengan hal ini.. aku akan menikahi kedua wanita yang aku cintai.. yaitu Henita dan Dinda" Jawab Refi
"Apa kamu yakin akan keputusan ini?? hidup dengan dua orang wanita tidak mudah.. dan apa kamu bisa bersikap adil dengan mereka berdua??" ujar ibunya Henita
"Aku sudah memikirkan ini dengan matang-matang... dan aku yakin bisa.. kedua orangtua'ku juga sudah setuju karena kedua orangtua'ku juga sudah kenal baik dengan mereka." jawab Refi
"Yasudah.. kalau ini bisa membuat Kamu, Henita dan Dinda bahagia.. tante dan om setuju" ujar ibunya Henita
"Bener tante?? alhamdulillah.. aku janji.. aku akan bahagia'in mereka.." jawab Refi dengan semangat dan bahagia
Waktu terus berjalan.. mereka menjadi orang yang sukses dengan kemampuan mereka masing-masing. Dan pada akhirnya pernikahan cinta segitiga itu tiba. Kedua wanita yang sangat dicintai Refi sangat cantik dengan gaun yang mereka pakai. Dan pada akhir'nya mereka hidup berbahagia dengan cinta segitiga yang mereka jalani. 
 
- SELESAI -
:) :) :) :) :) :)
 
Salam V-Nity :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

coment-coment Vty, Mrz, Dlz