Rabu, 26 Oktober 2011

Detik-Detik Kematian #Cerpen

By: Sylviana Pramita Part II

“ mitaaaa!!!” tiba-tiba megi berteriak memanggilku, langkah-langkah sepatunya terdengar menghentak keras.
“ ada apa gi?”tanyaku heran setelah dia berdiri di depanku.
“kemarin aku liat kamu diMetro. Kamu di panggil-panggil gak denger. Belagu!”
“ di Metro?”
“ iyaa, nanti gue difoto yaa!”
“di Foto?”
“ iya, lo kan kemarin beli tustel!”
“ Beli Tustel? Gak, gue gak beli apa-apa!” tegasku, lalu berjalan masuk kelas.
“gue ngeliat lo disana! Waktu gue lagi makan malam sama nyokap, gak jauh dari toko tempat lo beli tustel itu!” ucap megi sambil mengejarku.
“gak, aku gak beli tustel kemarin, tapi aku memang udah lama mau masuk klub fotografi.” Aku meninggalkan megi dan buru-buru duduk dikursiku.
                Megi masih keheranan saat aku menoleh ke belakang. Hmm aneh juga, pikirku. Masa Megi melihatku membeli tustel di Metro. Tapi siapa sebenernya yang aneh hari minggu kemarin aku gak pergi kemana-mana.
*
“ hai mit, kamu kemarin ngapain dirumah sakit?” Tanya Rio keesokan harinya saat aku baru dating. Dia memperhatikanku sambil tersenyum.
“Di rumah sakit? Kapan?” tanyaku sambil balik menatapnya.
“ tadi malam, dirumah sakit RCM.”
“ Tadi malam? Semalam aku gak kemana-mana. Aku ngerjain peer sampai jam sebelas. Selesai ngerjain peer, aku nonton tv sebentar , terus tidur!”
“loh? Jadi yang semalam aku liat dirumah sakit tuh bukan kamu yah?”Rio menutup bukunya dan memandangku lebih tegas .
“ya bukan lah!” ketusku singkat.
“masa sih? Tadi malam pas aku mau manggil kamu, kamu jalannya buru-buru banget sih!”
“ kamu salah liat kali yo?”
“bener Mit, masa aku salah liat sih?” ucap Rio masih menatapku, seakan-akan meminta kejelasan.
“emang kamu ngapain dirumah sakit?”
“ sepupu mamaku diopname, tapi baru semalam aku jenguknya, pas aku lagi diruangan tante mulan, aku ngeliat kamu dari jendela, di panggil gak nyaut, yaudah aku keluar tapi kamu udah ngilang!” jelasnya
“ sumpah deh yo, kali ini aku yakin banget klo kamu tuh salah liat! Aku gak sakit apa-apa kok bias kamu liat dirumah sakit!”
“ aku kan udah lama kenal kamu, aku juga kan pernah jadi pacar kamu masa aku gak bias bedain mana Mita, mana orang lain?”
                Aku menarik nafasku, menatap wajah Rio yang terus-terusan meminta pengakuan yang sebenarnya atas apa yang dilihatnya!
“udah deh yo, aku bingung! Kemarin megi pacarmu liat aku di Metro lagi beli Tustel, padahal aku gak kemana-mana, aku ada dirumah.”
“bener deh Mit, rasanya aku gak salah liat! Mataku ini masih normal loh. Aku kemarin liat kamu pake pakaian Rumah Sakit, tapi kok sekarang kamu sehat yah?”
“kan aku udah bilang, aku tuh sehat Rio. Kan berarti kamu yang salah liat! Huh -,-“!”
“ tapi kok mirip banget sama kamu yah?”

“ udah deh yo, mata kamu pakein kacamata kuda sana!” sentakku akhirnya lalu meninggalkan Rio, tapi lewat ekor matanya masih melirikku penasaran!
**
“ Mit, ada yang aneh. Sebentar deh!” Ikmal menarik tanganku begitu aku sampai dikantin. Kupandangi Ikmal yang sudah setahun ini menjadi ‘teman spesialku’. Ada apa lagi nih hari ini, pikirku.
“tadi malam aku mimpi, aku ketemu Dara!”
“ Dara?”
“ iya, kamu kan tau, Dara udah meninggal 8bulan yang lalu!”
Aku seketika antusias “ terus memang nya kenapa?”Tanya ku heran.
“ aneh deh Mit, di mimpiku itu kami ngobrol lalu dia bilang katanya kamu dating kerumah jam 8, pas banget dara lagi duduk diteras, katanya kamu nyari aku, tapi aku lagi gak dirumah!”
“ hah? Aku kerumah trus yang nemuin Dara?”
“ iya mit, emang bener yah? Kamu kerumah trus yang nemuin Dara?” Tanya Ikmal dg memasang wajah oon-nya .
“kamu jangan ngaco deh mal, aku kan gak pernah kerumah kamu kecuali ya sama kamu!”
“ oh, yaudah atuh sayang jangan di bawa serius, namanya juga mimpi! Iya gak?”
“ yee, yang serius itu kan kamu! Huh mimpi aja di percaya! Aku haus nih.”
“ yaudah aku pesen minum dulu yah!”
                Ikmal  lalu mengambil 2 teh botoldari kulkas kantin, pikiranku menerawang, cerita Ikmal sepertinya sama kea ceritanya Megi dan Rio. Aneh juga sih Megi melihatku di Metro, Rio melihatku di rumah sakit, dan sekarang Ikmal mimpi klo aku ketemu sama Dara adiknya yang udah meninggal sejak 8 bulan lalu . sungguh aneh .
***
                Ketika aku pulang sekolah, papa tiba-tiba menyambutku dengan wajah gembira diruang tamu, tentu saja bersama mama!
“ Mita, untung aja kamu udah pulang. Papa sama mama udah berunding soal keinginan kamu buat masuk klub fotografi dan hasilnya kami setuju!”
“ asyiiik, makasih mah, pah!” kucium pipi mamah dan papahku secara bergantian. Papa menyodorkan sebuah amplop yang terasa cukup berat, kulihat terdapat segepok uang ratusan ribu rupiah.
“baru sekarang papa mengabulkan keinginanmu, beli lah tustel dan belajarlah sungguh-sungguh, karna fotografi bukan hobby yang murah!”
“beres pa, Mita gak akan ngecewain mama dan papa kok!”
                Papa membelai lembut rambut pendekku. Akhirnya aku bias memiliki kamera dan pelengkapnya! Sore harinya aku berangkat ke Metro sendiri karna papa gak bias mengantarku, sesampainya aku di metro, aku mengeluarkan catatan dari kak Wahyu pembimbing klub fotografi, pemilik took merinci catatanku hingga semua jenisnya terkumpul, uangku yang tersisa aku belikan roll film, dan semua kumasukkan ke dalam tas! ‘horeee , lets go!’ hari ini juga aku akan menemui kak Wahyu.
                Saking gembiranya, setelah keluar dari took kamera, aku malas untuk naik jembatan penyebrangan. Aku berlari menembus jalan raya tanpa kusadari mobil-mobil tengah berlalu lalang dengan kencang, aku tiba-tiba terperangkap di tengah jalan. Duh mati aku! Sebuah mobil dengan bempeer yang cukup besar mendadak sudah berada didekatku, aku bingung dan mencoba nekat berlari meneruskan menyebrang, tapi mobil itu sudah terlebih dahulu mendekat, bahkan seperti mengejarku! Dan mobil itu menerjangku dengan kecepatan yang luar biasa, tubuhku terlempar dan terhempas.
                Aku pun tergeletak di pinggir jalan, anehnya Cuma sekejap sakit yang kurasakan lalu aku melihat dengan jelas sosok tubuh seorang gadis berambut pendek, menggunakan T-shirt warna hitam tergeletak berlumuran Darah. Wajahnya tertelungkup mencium aspal. Sosok itu adalah aku, Ya tak mungkin kau melupakan wajahku sendiri. Aku melihat orang-orang mulai ramai mengerubungi tubuhku, ahh aku takut mereka mengambil kameraku, aku segera berlari kearah kameraku yang terpental cukup jauh dari tempatku kecelakaan, dan ternyata tubuhku bias terbang!
                Namun saat aku ingin mengambil kamera itu, aku seperti memegang angina. Tas itu tak tersentuh aku mulai sedih karna tak bias mengambil kameraku itu, yaa tuhan …… bagaimana ini?
                Tubuhku dimasukan ke ambulance oleh beberapa orang polisi. Aku akhirnya memilih untuk ikut mengantar tubuhku disbanding mengejar orang yang mengambil kameraku karna aku tak ingin berpisah oleh tubuhku . aku semakin panic dan akhirnya ku putuskan untuk menemui Ikmal, aku tau rumah Ikmal gak jauh dari rumah sakit ini. Sampai rumah Ikmal aku Cuma menemukan Dara yang sedang duduk di teras rumah.
“ hai Dar, bang Ikmal ada?”
“ gak ada, belum pulang! Tadi sore pergi gak tau kemana.” Jawab Dara, tanpa bertanya lagi aku bergegas meninggalkan Dara.
“ ada pesan gak? Biar nanti Dara sampaikan?”
“ gak ada!” jawabku.
****
                Aku menangis tersedu-sedu setelah kupastikan tubuhku sudah tidak bisa bergerak lagi. Tubuhku dibawa kerumah, di rumah kulihat mama menangis tersedu-sedu, juga papa. Papa meremas-remas rambutnya, dari bibirnya terdengar erangan dan isak tangis bahwa ia sangat menyesal melepasku pergi sendirian membeli kamera. Kulihat mas dhani dan kak puri memegangi dan menciumi jasadku.
                Tetangga berdatangan. Mereka tampak sedih dan terkejut mendengar kabar kematianku. Tak lama kemudian Ikmal datang dia mencium keningku sambil menangis lalu terpekur sedih diujung kakiku. Melihat Ikmal datang aku semakin sedih dan menangis sejadi-jadinya. Aku mencoba membelai rambutnya tapi nihil , hampa dan kosong yang kurasa!
                Tiba-tiba muncul, Rio, Megi dan beberapa teman sekolahku yang rumahnya sekompleks denganku. Mereka saling berpandangan penuh air mata, dari bibir mereka ku dengar tentang pertemuan mereka denganku, terlebih Rio yang melihatku dirumah sakit, lengkap dengan pakaian pasien yang berwarna putih.
                Tuhan,, kenapa kau begitu cepat memanggilku? Meninggalkan semua temanku, meninggalkan Ikmal kekasihku tercinta. Dan kenapa aku tidak menyadari untuk berhati-hati kalau pertemuan-pertemuan itu adalah tanda akan datangnya kematianku ..
Andai saja aku tau kalau maut tengah mengintaiku .
-          The end -

1 komentar:

coment-coment Vty, Mrz, Dlz