Senin, 24 Oktober 2011

Perjalanan Hidup'ku #1


By:  DhehanMrz Love SetengahMatinya Iqbal
Sebelum'nya makasih buat yang udah baca . . . semoga kalian suka :)

Seorang gadis cantik dan mempunyai bakat menulis serta di sempurnakan dengan kepintarannya. Dia berumur 19 tahun, dia tinggal bersama bundanya. Ayah dan adiknya sudah tiada karena kecelakaan yang mereka alami ketika gadis itu berumur 15 tahun. Gadis itu memiliki kepribadian yang sangat mandiri. Gadis itu bernama Dinda.
Pagi telah tiba dengan cahaya matahari yang menyinari kamar Dinda.
Kring.......... kring.......... kring........
Suara jam weker berbunyi, jarum jam menunjukkan pukul 08.00. Hari sudah mulai siang, tetapi suara jam tidak di dengar oleh Dinda, ia masih tertidur nyenyak.
Beberapa saat kemudian....
Dinda terbangun dari tidurnya dan ia melihat jam, ternyata jarum jam menunjukkan pukul 09.00. Dinda kaget dan ia langsung bangun dan pergi ke kamar mandi.
“APA??? Udah jam 09.00??? waduuuuhh kesiangan dech gue...” teriak Dinda
Ia pun seperti kebakaran jenggot, langsung menarik handuk dan lari ke kamar mandi.  
Setelah selesai mandi, ia bersiap-siap untuk pergi ke kampus.
“Bun... Bunda....” Dinda berteriak sambil mengahampiri ruang makan.
“Ada apa ko teriak-teriak??? Anak perempuan kok teriaknya besar sekali... sekarang kamu sarapan dulu!!!” Ujar Bunda.
“Dinda udah kesiangan Bun... Dinda pergi dulu yaa??” (Sambil mencium pipi kanan Bundanya)
“Daah Bunda Assalamu’alaikum....”
“Waálaikum salam.... Hati-hati nak??” jawab Bunda
“Iaa Bun.......” Jawab Dinda
Di tengah perjalanan terjadi sesuatu dengannya, tiba-tiba tulang punggungnya terasa nyeri dan sakit lagi. Sakit ini yang kesekian kalinya yang Dinda rasakan. Dinda pun beristirahat sebentar. Dan memakirkan mobilnya di pinggir jalan.
“Yaa ALLAH... apa yang terjadi dengan punggung’ku??? Rasanya seperti di tusuk-tusuk...” Dinda mengeluh.
Tidak lama kemudian rasa sakit itu sedikit hilang dan Dinda melanjutkan perjalanannya menuju kampus.
Sesampainya di kampus....
“Din.... Dinda....” Henita teman Dinda memanggilnya
“Hay....” Dinda menyapa temannya
“Kemana aja buu.... jam segini baru datang...” ujar Henita
“Tau nih... udah kayak orang penting ajah baru datang jam segini” saut Refi
“Ia nih pake acara bangun kesiangan lagi.. udah mulai kand jam kuliahnya?? Ko kalian masih disini??” ujar Dinda
“Apaan Dosennya ajah gak tau kemana!!! Kayaknya sich di undur jamnya. Tunggu ajah kabar dari tuh dosen yang super sibuk” jawab Henita (sambil tertawa)
“Huft, bagus deech kalo gitu, gue udah ngebayangin ajah kalo gue bakalan di hukum sama tuh dosen” ujar Dinda
“Udah yuk kita ke kelas aja ntar kand ada ujian, mendingan kita belajar bareng, gimana???” ujar Refi
“yuk....” jawab Dinda dan Henita
Ketika mereka sedang asyik belajar, tiba-tiba sakit yang dirasakan Dinda muncul lagi.
“Aw... Astagfirullah Haládzim...” Dinda mengeluh kesakitan
“Din... kenapa loe???” ujar Refi
“Gak tau nih guys, sejak dua bulan terkahir ini tulang punggung gue sakit dan nyeri banget.” Jawab Dinda
“Loe udah coba periksa ke dokter dan nyokap loe tau tentang sakit yang loe rasa sekarang??” ujar Henita
“ Belum... nyokap gue juga belum tau tentang ini... udah gue gak apa-apa kok... ntar juga hilang sakitnya... guys gak usah tunjukin tampang ketakutan kayak gitu donk, gue kan baik-baik ajah..” jawab Dinda
Mereka pun melanjutkan belajarnya.
“Guys gue ke toilet dulu yah...” ujar Dinda
“Mau gue antar gak Din??” Saut Henita
“udah gak usah, gue sendiri ajah!!! sebentar yaa??” jawab Dinda
Ketika Dinda pergi ke toilet, temannya Dinda, Henita dan Refi membicarakan tentang sakit yang di rasakan Dinda.
“Hen.. loe ngerasa ada yang aneh gak sich???” ujar Refi
“Aneh??? Apanya yang aneh dan siapa yang aneh???” jawab Henita
“Itu si Dinda... ko sekarang dia suka ngerasa sakit di tulang pungggungnya yaa??? Gue takut terjadi sesuatu sama Dinda” ujar Refi
“Hussttt.... apa-apan loe nih fikirannya negative ajah!!” jawab Henita
“Ih gue serius Hen....” ujar Refi
Tak lama kemudian Dinda datang.
“Husstt diam,, Dinda datang” ujar Refi
Mereka pun kembali menatap buku yang sedang mereka baca. Dan tak lama juga Dosen pun datang.
Waktu jam kuliah pun dimulai, mereka sedang mengerjakan soal ujian yang telah diberikan dosen.
Jam kuliah telah berakhir.
“Din... gue boleh ke rumah loe gak???” ujar Henita
“Emmm... gimana yaa??? Gue sich gak masalah, tapi???” jawab Dinda
Ketika mereka sedang ngobrol, dari jauh Refi memanggil dan menghampiri mereka.
“Hay... hay... lagi pada ngomongin apa nih??? Ko gak ngajak-ngajak sich??? Ujar Refi (sambil tertawa)
“Ini nih si Henita mau ke rumah gue!!” jawab Dinda
“Oo... kalau gitu gue ikut yaa??? Boleh gak??? Gue Bete banget di kostán gak ada siapa-siapa” saut Refi
“Kalau gitu yaudah maen ajah (sambil tersenyum) tapi gak apa-apa kalau sedikit gue cuekin??? Yaa... bukan di cuekin sich... coz gue mau ngelanjutin novel gue yang kedua” jelas Dinda
“Emmm... yaudah dech no problem, yuk kita pergi sekarang!!! (sambil merangkul bahu Dinda)” ujar Henita
Mereka pun pergi menuju rumah Dinda. Dan sesampainya di rumah tiba-tiba Dinda jatuh pingsan.
“ Din... Dinda.... Loe kenapa???” ujar Refi (sambil memangku kepala Dinda)
“Si Dinda kenapa nih Ref??? Tanya Henita
“Tante.... Tante....” teriak Refi
Tak lama Bundanya datang dan kaget melihat putrinya pingsan.
“Astagfirullah.... Dinda.......... kamu kenapa nak??? Tolong nak Refi angkat dan bawa ke kamar!!!” Saut Bunda (dengan wajah cemas)
“Iaa... Iaa tante...” jawab Refi
Dinda pun di bawa ke kamar agar dia bisa istirahat dan cepat siuman.
“Din... dinda... Bangun.....” ujar Henita (dengan wajah khawatir)
“Sebentar yaa tante mau telepon dokter dulu... tolong jaga Dinda yaa??” Ujar Bunda
“Iya tante...” jawab Refi
Tak Lama dokter datang dengan seorang suster.
“Tolong anak saya dok???” Ujar Bunda
“Iya Bu.. sebentar saya periksa dulu, tolong ade-ade keluar sebentar. Hanya ibunya saja yang berada di dalam” jawab Dokter
 “Gimana dok??? Apa terjadi sesuatu dengan anak saya???” tanya Bunda (dengan wajah cemas)
“Anak ibu harus di opname untuk pemeriksaan lebih lanjut” jawab dokter
“Apa?? (kaget) Memang parah yaa dok sehingga harus di opname??” saut Bunda
“Saat ini belum bisa ditentukan bu..” Ujar dokter
“Baik’lah dok, saya akan membawa anak saya ke rumah sakit. Terima kasih yaa dok???” Ujar Bunda
“Iya sama-sama bu... kalau gitu saya pamit, Assalamuálaikum” Ujar dokter
“Waálaikum salam” jawab Bunda
Refi dan Henita pun masuk ke dalam kamar Dinda.
“Gimana tante?? Apa yang terjadi dengan Dinda??” tanya Refi
“Dinda harus di opname, sekarang tante mau siap-siap dulu, Dinda harus di bawa ke rumah sakit sekarang juga” jelas Bunda (dengan wajah sedih dan cemas)
“Iya tante... kita berdua boleh ikut gak??” tanya Henita
“Iya Tante.. boleh kalau kita ikut?? Kita sangat khawatir dengan keadaan Dinda” saut Refi
“Yasudah... kalau kalian mau ikut” jawab Bunda
Mereka pun segera pergi untuk membawa Dinda ke rumah sakit.
“Sebenarnya apa yang terjadi sama Dinda tante???” ujar Refi
“Tante juga belum tahu, tadi dokter Cuma bilang kalau Dinda harus di opname sekarang juga!!” Jawab Bunda
Mereka pun sampai di rumah sakit Media Kasih. Dan beberapa suster membawa Dinda ke Ruang kamar tempat Dinda akan di Opname dan di periksa lebih lanjut. Dan dokter pun datang untuk memeriksa Dinda.
“Duuchh... apa yang sebenarnya terjadi dengan Dinda yaa Hen??” tanya Refi
“Gue juga gak tau Ref, sekarang kita berdoa ajah semoga Dinda baik-baik ajah”” Ujar Henita
“Iya Hen....” Jawab Refi
Sementara itu Bundanya Dinda tampak cemas dan takut terjadi sesuatu dengan Dinda. Dan tak lama dokter yang memeriksa Dinda keluar dari ruang kamar Dinda.
“Gimana keadaan anak saya dok???” tanya Bunda (dengan wajah takut)
“Dinda mengidap penyakit kanker tulang belakang dan sekarang Dinda koma” jelas dokter
“Apa dok??? Koma??? Yaa ALLAH.... (sambil memegang dadanya) dan Dinda mengidap penyakit tulang belakang??? Ko bisa dok?? Apa penyebabnya, karena selama ini anak saya terlihat baik-baik saja” ujar Bunda
“Apa Dinda pernah mengalami kecelakaan yang serius???” tanya dokter
“Emm.. (sambil mengingat-ingat) pernah sich dok beberapa tahun yang lalu, keluarga kami pernah mengalami kecelakaan saat kami mau mengunjungi rumah neneknya Dinda, setelah kecelakaan itu Dinda tak pernah mengeluh sakit apapun” jelas Bunda
“Efeknya memang dirasakan dua atau tiga bulan terakhir ini bu... karena terdapat benjolan pada tulang punggungnya dan benjolan itu mulai tumbuh, sehingga rasa sakit itu baru Dinda rasakan dua atau tiga bulan terkahir ini” Jelas Dokter
“Yasudah... kalau gitu terimakasih yaa dok??” ujar Bunda
“Mari bu...” saut dokter
Selama Dinda mengalami koma, bundanya tak pernah meninggal’kan Dinda. Dia selalu berada disamping Dinda.
“Kalau gitu kami izin pulang dulu yaa tan??? Besok kami kesini lagi untuk menjenguk Dinda” ujar Henita
“Iya nak... terimakasih yaa?? Dan hati-hati yaa??” ujar Bunda
“Iya tante....” jawab Henita
“Assalamuálaikum tante...” ucap Refi
“Waálaikum salam...” jawab Bunda
Bunda masuk ke dalam ruang kamar Dinda sambil menangis. Dan Bunda tak henti-hentinya berdoa agar Dinda cepat  siuman dan cepat sembuh.
Keesokan harinya Refi datang untuk menjenguk Dinda.
“Assalamuálaikum tante...” ucap Refi
“Waálaikum salam nak Refi...” jawab Bunda
“Ini (sambil menyerahkan buah-buahan dan makanan) ada buah-buahan untuk Dinda dan makanan untuk tante, pasti tante sejak kemarin belum makan karena terus memikirkan Dinda sehingga tidak nafsu makan, Iya kan tante?? Ujar Refi
“Iya nak Refi sejak kemarin tante belum makan karena tante terus kefikiran Dinda, kalau gitu terimakasih banyak yaa nak Refi” ujar Bunda
“Iya sama-sama tante (sambil tersenyum) Kalau gitu, tante makan dulu biar tante gak sakit” ujar Refi
“Iya nak Refi...” (sambil tersenyum) jawab Bunda
Waktu terus berjalan, hingga hari ke’5 Dinda belum juga siuman dari komanya.
Pada hari kesepuluh akhirnya Dinda siuman dari komanya. Ketika dia membuka matanya, di hadapan dia ada temannya yaitu Refi.
“Ref.. dimana gue???” tanya Dinda (bingung)
“Loe di rumah sakit Din....” jawab Refi
“Emang gue sakit apa?? Ko bisa ada di rumah sakit??” tanya Dinda
“Loe sakit......” jawab Refi (sambil menunjukkan wajah yang bingung)
Tak lama Bundanya Dinda datang.
“Alhamdulillah.... kamu udah siuman nak (sambil mencium kening Dinda)” ujar Bunda
“Dinda kenapa ada disini bun???” tanya Dinda
“Kamu sakit sayang.... dan kamu harus di opname” jawab Bunda
“Sakit apa bun???” tanya Dinda
“Kamu Cuma kecapeán sayang.... (dengan wajah bingung) dan kata dokter fisik kamu lemah , jadi kamu harus di opname” jawab Bunda
“Ooo.. gitu yaa bun??” ujar Dinda
“Nak Refi tolong jaga Dinda sebentar yaa?? Tante mau konsultasi dengan dokter” ujar Bunda
“Iya Tante...” jawab Refi
“Din...” Refi memanggil Dinda
“Iya Ref??? Kenapa??” jawab Dinda
“Loe yang sabar yaa??? Gue yakin loe bisa jalanin ini semua” ujar Refi
“Apaan sich loe!!! Kayak gue sakit parah ajah!!! Kata nyokap gue, gue itu Cuma kecapean” saut Dinda
“Yaa... tetap ajah loe harus sabar” ujar Refi
“Iya Ref.... thanks yaa?? Aw...... (sambil kesakitan) Dinda mengeluh kesakitan.
“Loe kenapa Din?? Apa yang sakit??” tanya Refi
“Punggung gue sakit banget Ref, gue gak kuat... sakit banget.....” Dinda Mengeluh
“Sebentar yaa gue panggil nyokap loe dulu.... sabar yaa Din dan tahan sakit loe....” ujar Refi
Refi berlari menuju ruang dokter untuk memanggil bundanya dan dokter.
“Tante.............. Dokter................. tolong Dinda...” teriak Refi
“Ada apa nak Refi??? Apa yang terjadi dengan Dinda???” tanya Bunda (dengan wajah cemas)
“Dinda tante.... Dinda kesakitan....” ujar Refi
“Yaa ALLAH..... tolong dok anak saya” ujar Bunda
“Cepat!!! Sekarang kita harus keruangan Dinda” saut Dokter
“Ayoo..... dok cepet...” Ujar Refi
Mereka berjalan menuju kamar Dinda.
“Kamu kenapa nak??? Apa yang kamu rasakan??” tanya Bunda
“Sakit bun..... punggung Dinda sakit banget.... dinda gak kuat.....” jawab Dinda (sambil menangis)
“Biar saya periksa....” kata dokter
“Silahkan dok.... (dengan wajah takut dan cemas)” jawab Bunda
Setelah selesai diperiksa, dokter menjelaskan apa yang terjadi dengan Dinda.
“Gimana dok anak saya???” tanya Bunda
“Anak ibu harus segera dioperasi, karena bibit benjolan di tulangnnya mulai terdeteksi” ujar Dokter
“Astagfirullah Haládzim.....” ucap Bunda
Dinda pun dilarikan ke Ruang Operasi.
“Bun.... dinda sakit apa??? Kenapa mesti di operasi??? Dinda takut bun.....” ujar Dinda (sambil memegang tangan bundanya)
“Kamu akan baik-baik saja nak (sambil mencium kening Dinda)” jawab Bunda
“Semangat yaa Din... gue akan selalu ada buat loe!!!” Ujar Refi
Dinda pun masuk ke dalam ruang operasi. 
“Sabar yaa tante, Dinda akan baik-baik ajah” Ujar Refi
Bundanya terus menangis. Dan setelah beberapa saat dokter keluar dari ruangan operasi.
“Gimana dok???” tanya Bunda
“Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, tetapi Dinda kembali mengalami koma dan kemungkinan koma untuk kedua kalinya akan lebih lama karena pengaruh penyakitnya serta pengaruh obat” Jawab Dokter
“Yaa ALLAH.............” ucap Bunda
“Sabar yaa tante....” ujar Refi
Selama Dinda koma, Bundanya terus menangis dan tak ada hentinya shalat dan berdoa.
“Tante... mendingan sekarang tante istirahat di rumah biar gak sakit dan biar capeknya hilang, Dinda biar saya yang jaga..” ujar Refi
“Tapi.. tante gak mau tinggalin Dinda dalam keadaan seperti ini” jawab Bunda
“Tapi, tante harus jaga kesehatan tante..” Jawab Refi
“Baik’lah... kalau gitu tante pulang dulu yaa??? Besok tante kesini lagi... dan tante titip Dinda yaa??? Kalau ada apa-apa langsung kabarin tante, jangan sampai enggak yaa nak Refi??? Ujar Bunda
“Iya tante tenang ajah.. hati-hati yaa tante (sambil mencium tangan Bundanya Dinda)??? Ujar Refi
“Iya nak Refi... Assalamuálaikum...” ucap Bunda
“Waálaikum salam tante...” jawab Refi
Selama satu hari penuh Refi menemani Dinda yang sedang koma di rumah sakit. Dengan penuh kasih sayang Refi menjaga Dinda.
“Din.. Loe tau gak sich??(sambil memegang tangan Dinda) selama ini gue suka sama loe, bahkan gue cinta dan sayang banget sama loe, gue ingin loe jadi pendamping hidup gue..” kata Refi
Pada saat Refi menyatakan perasaannya kepada Dinda, Di depan pintu kamar Dinda ada seorang gadis, gadis itu ternyata Henita. Dan Henita mendengar apa yang dikatakan Refi kepada Dinda. Henita kaget dan merasa sakit hati dan cemburu karena Henita juga menyimpan rasa kepada Refi.
“Apa loe bilang Ref?? Loe suka, sayang dan cinta sama Dinda???” ujar Henita
“Emm.... enggak-enggak Hen... Loe salah dengar kali... gue gak ngomong gitu ko ke Dinda” jawab Refi
“Jangan bohong dech Ref, gue dengar sendiri tadi loe ngomong gitu ke Dinda!!!!” saut Henita
“Kalau emang iya kenapa??? Loe ko jadi sewot gitu sich???? Loe cemburu???” Ujar Refi
“iya gue cemburu!!! Puas loe???” Henita dengan tegas
“Kenapa loe mesti cemburu??? Kita kan gak ada apa-apa!!!” ujar Refi
“Iya emang gak da apa-apa, tapi gue tuch suka sama loe sebelum loe kenal Dinda!!! Pantesan loe segitu pedulinya sama Dinda” jawab Henita
Refi kaget dengar kejujuran tentang perasaan Henita itu. Refi dan Henita terdiam sejenak.
“Udah-udah... kita gak usah ngurusin masalah ini dulu, yang paling penting kita mikirin keadaan Dinda dulu!!!” ujar Refi
“Iya.. Iya... Maafin gue yaa Ref???” jawab Henita
“Yaudah gak apa-apa...” Jawab Refi
“Gimana keadaan Dinda??” Tanya Henita
“Yaa begini seperti yang loe lihat, dia lagi berjuang melawan penyakitnya” jawab Refi
“Oo... yaudah kita doain ajah semoga Dinda baik-baik ajah dan cepat sembuh” ujar Henita
“Amiin........” jawab Refi
Mereka berdua menjaga Dinda dengan penuh kesabaran dan dan tak ada berhentinya mereka berdoa untuk kesembuhan Dinda.
 “Oh iya Ref, Nyokapnya Dinda kemana??” tanya Henita
“Nyokapnya Dinda gue suruh pulang istirahat coz udah capek banget dari kemarin belum istirahat.” Jawab Refi
“Oh..” jawab Henita singkat
Waktu semakin berlalu, keadaan Dinda pun semakin membaik dan pada akhirnya Dinda siuman dari komanya selama satu bulan lamanya.
“Bun... Bunda...” Dinda memanggil
“Iya sayang... ada apa??” jawab Bunda
“Dinda sampai kapan disini??? Dinda capek dan Dinda mau pulang Bun...” ujar Dinda
“Iya sayang... sabar yaa??? Nanti Bunda tanyain dokternya..” jawab Bunda
Dokter pun datang untuk memeriksa keadaan Dinda.
“Perimisi bu... saya mau periksa Dinda dulu...” ucap Dokter
“Oh yaa dok silahkan...” jawab Bunda
Setelah diperiksa Bundanya Dinda menanyakan tentang keadaan Dinda.
“Gimana dok perkembangan anak saya??” tanya Bunda
“Emm.. sudah cukup membaik kok bu... jadi ibu gak perlu khawatir yang berlebihan, bahkan Dinda sudah diizinkan pulang hari ini, tapi tetap jaga kesehatan dan minum obatnya dengan teratur” Jelas Dokter
“Alhamdulillah.... kamu dengar itu nak??? Kamu diizinkan pulang hari ini” ujar Bunda
“Iya Bun.. Dinda senang banget bisa pulang kerumah (sambil tersenyum)” jawab Dinda
“Kalau begitu terimakasih yaa dok” ucap Bunda
“Iya ibu sama-sama... permisi” jawab Dokter
“Iya dok silahkan...” jawab Bunda
Bunda dan Dinda siap-siap untuk pulang kerumah.
Selama di perjalanan Dinda terlihat sangat senang karena sudah bisa kembali kerumah. Tetapi tetap saja wajahnya masih terlihat pucat dan lemas. Dan sesampainya dirumah, Dinda langsung menuju kamarnya dan langsung melanjutkan novel keduanya.
“Akhirnya sampai juga yaa Bun... Dinda senang banget bisa pulang kerumah..” ujar Dinda
“Iya sayang.... sekarang kamu istirahat dulu gyih..... ingat jangan terlalu capek” Jawab Bunda
“Iya Bunda’ku sayang.......” saut Dinda
Sekarang penyakit itu telah hilang dan Dinda Berharap Penyakit itu tidak akan ada lagi. Karena penyakit itu sangat mempengaruhi kehidupan Dinda. Dan sekarang Dinda bisa hidup dengan tenang tanpa ada penyakit yang mematikan itu.
Keesokan harinya ..... seperti biasa Dinda bangun telat lagi.
Kring............. Kring................. Kring................
Jam 08.00 Dinda belum juga bangun.... jarum jam menunjukkan pukul 09.30 Dinda baru bangun dan seperti biasa dia seperti kebakaran jenggot yang semuanya serba terburu-buru.
Setelah selesai rapih-rapih Dinda langsung pergi ke kampus. Di sepanjang perjalanan Dinda mendengarkan musik, ia merasa senang sekali karena bisa kembali ke kampus.
Tok... tok... tok.... (Dinda mengetuk pintu)
“Pagi menjelang siang pak!!! Maaf saya telat pak” ucap Dinda
“Ah itu sudah menjadi kebiasaanmu sejak dulu, pelajaran saya selalu saja telat masuk, sekarang kamu duduk!!!” jawab dosen
“Kok saya gak dihukum sich pak??? Kand biasanya kalo saya telat, saya dihukum disuruh nyapu kelas dulu, baru saya dipersilahkan duduk(sambil garuk-garuk kepala)” ujar Dinda
“Kamu kand habis sakit dan sampai mengalami koma, tentu fisik kamu masih belum Fit... udah sekarang kamu duduk” ujar dosen
“Tapi gimana kalau saya minta dihukum pak??” tanya Dinda
Teman-teman Dinda hanya tersenyum melihat kelakuan Dinda.
“Kamu ini ada-ada saja!!! Saya suruh duduk, kamu maunya dihukum... kalau kamu mau begitu , baik saya akan memberikan hukuman yaitu menulis kalimat sebanyak 5 lembar dengan kalimat :: saya berjanji tidak akan telat lagi :: dan serahkan kepada bapak besok pagi jam 07.00” jawab dosen
“Oke pak, kalau gitu kan adil... (sambil tersenyum)” jawab dinda
Dinda pun duduk di tempat duduknya dan sangat serius mendengarkan dosen yang sedang menjelaskan hingga jam kuliah selesai.
“Din.......Dinda...” Refi memanggil
“Hay Ref, gimana kabar loe?? Kangen gue sama loe (sambil tersenyum) Emm... mana Henita??? Kok gak kelihatan??” tanya Dinda
“Kabar gue baik, ah loe bisa ajah... jadi Geer nih.......(dengan wajah malu) gak tau gue, biasanya sich dikantin... gimana keadaan loe??? Baik-baik ajah kand??? Ujar Refi
“Alhamdulillah gue baik-baik ajah, kata dokter bibit penyakit gue udah hilang” jawab Dinda
“Oo... syukur deech kalo gitu... btw ke kantin yuk??? Kita makan sekalian kita cari Henita, tenang gue yang teraktir kok” ujar Refi
“Hehehe oke deechh J” jawab Dinda
Mereka berdua menuju kantin dan kekita itu Henita melihat kebersamaan mereka yang sangat dekat. Rasa cemburu pun muncul dari hati Henita. Tetapi Henita tak akan menunjukkan kecemburuannya itu. Karena Henita tak mau membuat Dinda mempunyai fikiran yang aneh-aneh.
“Hay guys... sini makan bareng gue” Henita memanggil
“Hay Hen apa kabar??? Sombong nih gak pernah jenguk gue waktu gue dirumah sakit...” ujar Dinda
“Kabar gue baik.. Loe sendiri gimana?? Udah baikan??” jawab Henita
“Iya gue udah baikan kok...” saut Dinda
Mereka pun makan bareng dan ngobrol bareng. Henita sangat cemburu melihat kebersamaan Refi dan Dinda. Tapi Henita harus menyimpan ini semua dari Dinda.
“Din.. pulang sama siapa???” tanya Refi
“Biasalah sendiri, kenapa??? Mau bareng???” jawab Dinda
“Enggak kok, Cuma tanya ajah...” jawab Refi
“Din... kita ke toko buku yuk??? Mau gak???” ajak Henita
“Emm... boleh... gue juga mau cari referensi buat novel gue... yaudah yuk kita berangkat sekarang nanti keburu hujan turun..” Jawab Dinda
“Oke... sorry yaa Ref kita tinggal dulu...” ujar Henita
“Baiklah.... hati-hati yaa guys???” jawab Refi
“Iyaa...” jawab Dinda
Di toko buku Dinda bertemu dengan teman SMPnya... temannya itu seorang penulis yang hebat, dia bernama Rio.
“Hey... (sambil menepuk pundak Dinda)” Rio
“Hey... Rio... (dengan wajah kaget) apa kabar??? Udah lama banget kita gak ketemu..” tanya Dinda
“Baik-baik.. loe sendiri apa kabar???” jawab Rio
“Baik juga... lagi sibuk apa nih???” tanya Dinda
“Yaaa... sibuk kuliah ajah” jawab Rio
“Oo... Iya kenalin nih teman gue Henita” jawab Dinda
“Hay... Aku Rio (sambil mengulurkan tangannya)” Rio memperkanlkan diri
“Hay juga.... aku Henita (mengulurkan tangannya)” jawan Henita
“Oo... Iya Din... gue boleh minta nomor hape loe gak???” tanya Rio
“Iya boleh kok... nih nomor gue (sambil menyebutkan nomor hape)” jawab Dinda
“Thanks yaa Din... kalau gitu gue duluan yaa??? Yuk Din.. Hen.... Bye...” ujar Rio
“Iya Rio.. bye...” jawab Henita dan Dinda bersamaan
Mereka pun kembali mencari buku yang ingin mereka beli. Setelah mereka menemukan bukunya, mereka pergi ke tempat makan favorit mereka yaitu bakso. Mereka menikmati makanan kesukaan mereka dan setelah selesai mereka kembali ke rumah. Dinda mengantarkan Henita pulang.
“Thanks yaa Din... dan hati-hati yaa???” ucap Henita
“Iya Hen sama-sama, yaudah gue balik dulu yaa??? Bye...” ujar Dinda
“Bye....” jawab Henita
Dinda kembali kerumah dan sesampainya dirumah, rumahnya itu sangat sepi tidak ada siapa-siapa. Sepertinya Bundanya sedang pergi keluar dan Dinda menelpon Bundanya.
“Assalamu’alaikum Bun... Bunda lagi dimana??” tanya Dinda lewat telepon
“Wa’alaikum salam sayang... bunda lagi di rumah sakit tempat kemarin kamu di opname, ada apa sayang???” ujar Bunda
“Rumah sakit??? Ngapain bun??? Apa bunda sakit??” tanya Dinda
“Enggak sayang... bunda gak sakit... bunda Cuma konsultasi dengan dokter, apakakah penyakit kamu sudah benar-benar sembuh” jawab Bunda
“Oo.. kalau gitu Dinda jemput Bunda yaa??? Dinda ingin tahu keadaan Dinda yang sebenarnya” ujar Dinda
“Iya sayang... hati-hati yaa??” jawab Bunda
“Iya bunda....” jawab Dinda
Dinda menuju Rumah Sakit tempat dia di opname dan sempat koma karena penyakit yang dideritanya itu. Selama di perjalanan, Dinda merasa sangat cemas karena takut terjadi sesuatu dengan dirinya. Akhirnya Dinda sampai di Rumah Sakit dan ia langsung menemui Bundanya di ruang dokter.
“Bunda....” Dinda memanggil
“Kamu sudah sampai sayang... sini duduk dekat Bunda” ujar Bunda
“Dinda mau dengar langsung dari dokter tentang penyakit Dinda yang bisa mematikan itu Bun...” ucap Dinda
“Husstt kamu itu ngomongnya kok seperti itu?? Kamu itu sudah sembuh nak...” jawab Bunda
“Gimana dok penyakit saya???” tanya Dinda
“Dari hasil pemeriksaan, masih ada bibit penyakit kanker di dalam tulang kamu” jawab dokter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

coment-coment Vty, Mrz, Dlz